Jurnal Air Mata
Terakhir bunda
ABSTRAK
Pada
saat ini, bencana alam merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Baik
sengaja maupun tidak, terkadang orang merasa tidak ambil pusing terhadap para
korban bencana alam tersebut. Luapan lumpur yang terjadi di Porong, Sidoarjo,
Jawa Timur mungkin potret tragedi nasional yang lahir karena kecerobohan dan
keserakahan. Lumpur lapindo yang belum juga terselesaikan menjadi latar
belakang novel Air Mata Terakhir Bunda. Kisah sebuah keluarga yang menjadi
korban lumpur lapindo. Perjuangan seorang ibu mempertahankan hidup keluarganya,
pengorbanan besar demi anaknya tercinta. Kelembutan, ketulusan dan kejujuran
sang ibu dapat memberikan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Seorang
wanita yang mampu memberikan keperkasaan dalam menjalani hidup, dan itulah yang
membuat ibunya menjadi ratu di singgasana hati sang anak, dan tak bisa
tergantikan walau ia segera menikah dengan wanita lain yang juga akan menjadi
ratu di hatinya. Kemampuan menjalani perjalanan hidup yang sulit dari seorang ibu
yang baik sangatlah penting bagi pembelajar kelak.
Tindakan-tindakan dan dampak sosial yang harus
mereka alami dan jalani dari lingkungannya yang ia dan anak-anaknya rasakan
dalam kegiatan sehari-hari. Menumbuhkan
kesadaran pembaca dalam menghadapi sebuah realita kehidupan. Namun, kehidupan
saat ini masih dirasakan konvensional, dimana manusia masih sering tidak
bersyukur terhadap apa yang telah ia peroleh secara cuma-cuma. Pembelajar dalam
novel AMTB membuat suatu renungan langsung tanpa proses yang sulit. Seringkali
topik dalam novel diberikan terbatas sehingga kurang menarik, tidak menantang
eksplorasi, kehilangan unsur inovasi dan kreasi. Namun sastra itu tampil
sebagai cerminan sosial bagi masyarakat dan nilai-nilai sosial kemanusiaan
terdapat dalam novel Air Mata Terakhir Bunda. Jurnal ini dibuat agar pembaca
lebih dapat memahami maksud dari cerita tersebut. Menambah referensi bagi
penelitian sosial (humaniora) untuk mendalami dan memahami kehidupan manusia
dalam bermasyarakat. Metode penulisan yang digunakan adalah, dimana penulis menggunakan
sebuah novel sebagai bahan untuk jurnal ini.
Secara
keseluruhan jurnal yang meneliti novel Air Mata Terakhir Bunda ini dapat menambah
kajian sastra dengan menerapkan teori sosiologi sastra. Memperkuat teori
penelitian sastra sebagai bagian yang sama pentingnya dengan kajian sosial
lainnya demi mengambil peranan dalam meningkatkan tatanan masyarakat yang lebih
beradab. Mempermudah pembaca dalam menghayati, memperluas wawasan pembaca dalam
berbagai hal dan menjadi inspiring bagi pembacanya.
PENDAHULUAN
“Karya
sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. Dikatakan
oleh Taine (dalam Endraswara, 2008:17) “sastra tidak hanya sekedar karya yang
bersifat imajinatif dan pribadi, tetapi dapat pula merupakan cerminan atau rekaman
budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu dilahirkan”. Hal
ini berarti setiap orang dapat melihat realitas sosial dalam sebuah karya sastra bahkan sebagian karya sastra
menjadi representasi terhadap kebudayaan masyarakat tertentu. Uraian ini menunjukkan
bahwa karya sastra tidak lahir begitu
saja. Semua hal yang terangkum dalam karya sastra tidak terlepas dari berbagai
problematik yang dialami manusia baik secara pribadi maupun secara kolektif.
Disadari atau tidak karya sastra menjadi model bagi kehidupan pembaca. Setiap
persoalan maupun gambaran hidup yang dialami tokoh dalam cerita akan menimbulkan permenungan atau refleksi
bagi pembaca dalam menentukan sikap dan tindakannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal inilah yang menguatkan teori bahwa penelitian sastra
merupakan penelitian tentang manusia dalam masyarakat atau lebih erat dengan
istilah sosiologi.
Sosiologi
sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan
struktur sosialnya, sehingga penelitian sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian
ilmiah maupun aplikasi praktis, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami,
dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan
struktur sosial yang terjadi di sekitarnya. Novel sebagai objek kajian lebih menggambarkan
kehidupan sosio-budaya yang bersifat berkelanjutan dengan membentuk koherensi
dari beragam aspek kehidupan masing-masing tokoh dalam bermasyarakat. Selanjutnya,
novel memiliki hubungan yang erat dengan masalah-masalah sosial. Dalam sebuah
penelitian, topik yang akan dikaji harus menarik dan bernilai guna. Sehubungan
dengan uraian tersebut maka dalam karya ilmiah ini, penulis memilih novel Air
Mata Terakhir Bunda novel karya Kirana Kejora.
Adapun
alasan penulis memilih novel tersebut menjadi bahan analisis yaitu: (1) Luasnya
wawasan dan pengalaman pengarang. (2) Topik dalam novel sesuai dengan fenomena
yang pernah dan bahkan masih dialami oleh masyarakat di Indonesia. (3) Keunikan
dan keragaman interpretasi dari pembaca. Dalam novel Air Mata Terakhir Bunda terdapat
beberapa kasus, seperti halnya Lumpur lapindo yang berimplikasi pada masyarakat
banyak, baik secara moral maupun secara materil. Kondisi pemerintahan yang
tidak membuahkan kesejahteraan rakyat akan menimbulkan gerakan reformasi yang
seringkali menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Bencana lumpur Lapindo memang telah selesai
& tak bisa lagi ditangisi. Ia sudah menjadi sejarah, masa lalu, dan dari
masa lalulah kita belajar utk memotivasi diri, menata kembali kehidupan ini. Bagaimana
perjalanan hidup dari seorang anak korban lumpur Lapindo. Kisah anak merindukan
kehadiran Bapak mungkin sudah jamak. Tapi ternyata perjuangan hidup Ibunya
untuk mempertahankan hidup mereka di sebuah situasi absurd membuat sang
anak perlahan menDewikan sang Ibu. Diluar
kisah sang anak dan ibunya, novel ini juga memberikan beberapa hal yang
menambah wawasan pembacanya. Melihat berbagai aspek tersebut penulis ingin
menemukan masalah-masalah tersebut sebagai upaya menemukan hal-hal yang berguna
dalam penelitiannovel AMTB.
BAHAN DAN METODE
Penulis
menggunakan novel AMTB ( Air Mata Terakhir Bunda) sebagai bahan pembuatan
jurnal, unsur-unsur ekstrinsik berupa kasus Lumpur Lapindo dan dampak sosial
yang terbatas pada dampak negatif yang merupakan implikasi yang terjadi dalam
novel Air Mata Terakhir Bunda. Kemudian pembahasan dilanjutkan dengan menemukan
hal-hal yang menjadi cerminan sosial bagi masyarakat. Metode menggunakan cara menganalisis
sebuah novel berdasarkan sosiosastra lalu dari analisis tersebut tersusunlah
sebuah jurnal.
HASIL
Dalam
rangka hari ibu, 22 Desember 2011 tahun lalu. Terbit sebuah novel karangan
Kirana Kejora, yaitu :
[No.
281]
Judul
: Air Mata Terakhir Bunda
Penulis
: Kirana Kejora
Penerbit
: Hi-Fest Publishing
Cetakan
: I, 2011
Tebal
: 202 hlm
PEMBAHASAN
Doa
ibu adalah segala hal bagi anak-anaknya. Ibu adalah tuhan kecil dengan
ketulusan cintanya. Dia tak pernah mengharapkan balasan apa-apa dari
anak-anaknya. Baginya tugasnya hanyalah memberi dan memberi. Mengandung,
melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan hingga menghantarkan anaknya menjadi
manusia yang berguna adalah kewajiban dari cinta yang Tuhan titipkan
padanya (hal 8).
Itulah
gambaraan seorang ibu dimata penulis produktif asal Surabaya, Kirana ‘Key’
Kejora. Di novelnya yang ke 9 ini Key mengisahkan bagaimana doa, ketulusan,
kasih sayang, dan kegigihan seorang ibu yang dalam kemiskinannya mampu
melewati getirnya hidup dengan tegar hingga anak-anaknya dapat meraih cita-cita
dan impiannya. Novel yang diadaptasi dari kisah nyata ini menceritakan
perjalanan hidup seorang anak bernama Delta yang dibesarkan oleh seorang ibu
yang begitu mencintainya.
Kisah
dimulai dari, Sriyani, yaitu ibu dari Delta dan Iqbal adalah seorang single
parent yang harus berjuang dengn keras membesarkan kedua anak
laki-lakinya. Suaminya meninggalkannya begitu saja dan menikah kembali
dengan wanita lain yang mapan dan sejak dulu menyukianya. Sementara hubungannya
dengan Sriyani dibiarkannya menggantung tanpa status yang jelas.
Sementara
suaminya hidup berkecukupan dengan wanita lain, Sriyani tertatih-tatih
membesarkan kedua anak lelakinya. Dalam hati anaknya Delta ia selalu ingin
bertanya-tanya tentang ayahnya kepada ibunya. Pernah suatu saat ia ingin bilang
kepada ibunya, protes hatinya, Bapak
punya toko sepatu bu. Kenapa dia tidak peduli dengan kita? Setahuku jika orang
punya toko sepatu di Kludan, sudah pasti duitnya banyak, kaya. Lalu kenapa dia
tidak mau membiayai hidup kita? Apakah salah jika aku datang ke sana minta
sepatunya sepasang saja? Aku ingin ke sana, melihat bagaimana wajah bapak,
bagaimana merasakan dipeluk seorang bapak. Tapi apakah mungkin dia tahu dan
ingat bahwa aku adalah anak yang ditinggalkannya? Kenapa dia bisa melupakan kita
bu? Kenapa?.
Walau
hidup dalam kekurangan Sriyani pantang meminta bantuan dari suaminya yang
meninggalkannya. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membiayai sekolah
kedua anaknya ia menjadi buruh cuci setrika sambil berjualan lontong
kupang, makanan khas kota lumpur Sidoarjo yang ia jajakan sendiri dengan sepeda
tuanya.
Walau
hidup dalam kemiskinan namun Sriyani mendidik Delta dan Iqbal untuk tidak
meratapi kemiskinan mereka. Ia tidak ingin melihat anaknya sedih dalam
kemiskinan, dalam setiap kesempatan ia selalu menekankan pada kedua
anaknya bahwa kemiskinan bukanlah petaka yang harus diratapi, tetapi harus
dihadapi dengan bekerja dan bekerja.
Berbagai
kesulitan hidup menerpa kehidupan mereka namun bagi Sriyani kemiskinan bukan
halangan untuk membahagiakan anak-anaknya. Baginya dia selalu berusahan
memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya dengan sederhana dan apa adanya. Dari
ketegaran, kekuatan doa, dan cinta seorang ibu yang dahsyat inilah Delta tumbuh
dan bersekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi. Ketika gelar kesarjanaannya
diraihnya, keinginannya terbesarnya adalah mempersembahkan gelarnya pada ibunya
yang begitu mencintainya tanpa pamrih.
Di
novel setebal 204 halaman ini pembaca akan diajak menyusuri kehidupan Delta dan
ibunya. Kisah-kisah yang dihadirkan dalam setiap babnya merupakan mozaik
kehidupan keluarga ini yang harus bergelut dengan kemiskinan untuk bertahan
hidup. Dan ketika seluruh bab dalam novel ini selesai kita baca maka akan
terbentuklah sebuah lukisan indah akan betapa agungnya ketulusan cinta seorang
ibu pada anak-anaknya.
Walau
menceritakan sebuah keluarga miskin namun novel yang juga mengambil setting
terjadinya bencana lumpur Lapindo ini bukan novel yang cengeng, walau
berjudul Air Mata Terakhir Bunda tidak ada kisah tangisan dalam novel
ini karena seperti yang diungkapkan Delta tentang ibunya dalam novel ini
"Ibu
tidak pernah menangis di depan kami, kalaupun ingin menangis, ibu hanya
menggigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah, agar tangisnya tak terdengar oleh
kami, anak-anak yang selalu dikuatkan dengan kata-kata. Jangan pernah menjual
kesedihan dan tangismu hanya untuk masa depan, karena masa depan adalah
rancangan, kehidupan adalah sekarang, hadapi!
Novel
ini bukan novel yang bertangis-tangisan tetapi novel ini sanggup membuat haru
pembacanya melalui dialog-dialog antar tokohnya. Selain itu novel ini
juga menyampaikan pesan kehidupan tentang ketegaran sebuah keluarga yang
tidak menyerah pada keadaannya dan ketulusan cinta dan pengorbanan seorang ibu
yang tentunya akan menginspirasi kita semua.
Diluar
kisah Delta dan ibunya, novel ini juga memberikan beberapa hal yang menambah
wawasan pembacanya yaitu uraian kronologis mengenai penyebab terjadinya
tragedi lumpur lapindo, kearifan lokal dari legenda misteri Candi Pari (candi
purba di Siring-Porong), sejarah komedi putar pertama di dunia, hingga lontong
kupang yang merupakan makanan khas kota lumpur Sidoarjo.
Sebagai
sebuah novel yang mengangkat kisah perjuangan dan pengorbanan seorang ibu saya
rasa novel ini berhasil mengungkapkan gambaran betapa dahsyatnya kekuatan doa
dan cinta sejati seorang ibu pada anak-anaknya. Perjuangan
ibunya melawan badai hidup, melindungi dan menyelamatkan anak-anaknya dari
kemiskinan layak mendapatkan lancana emas lebih dari 24 karat jikalau ada!
Kilau intan berlianpun tak akan mampu menandingi sinar jiwa, cahaya hati yang
dimiliki ibunya untuk dia dan Iqbal. Senja kian merubung, Delta duduk tepekur
menatap genangan lumpur, yang telah menjadi danau kuasa. Masa kecilnya
terkubur. Tempat bermainnya tenggelam. Sekolahnya hilang. Rumahnyapun terbenam.
Hanya
saja yang agak disayangkan novel ini saya rasa kurang memberi gambaran yang
dramatis tentang tragedi lumpur Lapindo yang merupakan bagian dari setting
kisah di novel ini. Dampak tragedi lumpur Lapindo memang terungkap dalam
novel ini, namun yang diangkat adalah orang-orang diluar tokoh utamanya, lalu
bagaimana dengan dampaknya bagi keluarga Sriyani? Rasanya tragedi ini seolah
tak terlalu menyentuh kehidupan Sriyani dan keluarganya. Seperinya akan lebih
dramatis jika tragedi ini menyentuh langsung kehidupan keluarga Sriyani
sehingga tokoh Sriyani dan keluarganya dapat mewakili bagaimana menderitanya
rakyat kecil akibat bencana yang saat ini masih terus berlangsung namun
ironisnya sudah sudah mulai dilupakan orang.
Terlepas
dari hal diatas novel ini tampaknya cukup berhasil menarik minat pembacanya,
promo novel yang dilakukan secara gencar di berbagai kota dan sosial media
berbuahkan hasil yang menggembirakan. Setelah 3 minggu beredar di toko-toko buku
sebanyak 5000 ekslempar, novel ini dikabarkan siap untuk dicetak ulang. Sebuah
pencapaian yang luar biasa untuk novel yang diterbitkan secara indie ini. Kabar
terakhir, novel ini juga telah dipesan oleh sebuah BUMN untuk mendukung program
yang berkaitan dengan keluarga.
KESIMPULAN
Air
mata Terakhir bunda, sebuah novel inspiring berdasarkan kisah nyata.
Kesederhanaan cinta yang maha dahsyat dari seorang ibu, orang tua tunggal dari
anak-anak titipan Tuhan. Kegigihan, kejujuran, keikhlasan, adalah modal
utamanya untuk meraih cita-cita dan cinta yang diharapkannya. Novel ini bukan
bersedih melainkan bagaimana bisa tetap optimis menyapa masa depan. Perjuangan
orang kecil yang menuliskan pelajaran besar yakni tak mudah menyerah dan tetap
ingat siapa dirinya saat sudah ‘terbang’. Dengan semakin banyaknya orang yang
membaca jurnal novel ini, ketabahan, kesabaran, dan doa seorang ibu dapat
mengguhak kesadaran pembacanya untuk selalu menghargai peran seorang ibu
sebagai pribadi istimewa yang dipercayakan oleh Tuhan untuk melahirkan dan
membesarkan generasi penerus pewaris bumi ciptaanNya.
DAFTAR PUSTAKA
Kejora Kirana. 2011. Air Mata Terakhir Bunda. Jakarta : Hi-Fest
Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar