NAMA : APRILINA SAVITRI
SEMESTER : VA
ANALISIS PSIKOSASTRA Klasifikasi emosi
Pengarang
yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya, dan di dalam
sebuah gagasan tentunya terdapat banyak klasifikasi emosi. Tanpa klasifikasi
emosi sebuah cerpen akan terasa hambar. Kali ini kita akan menganalisis
klasifikasi emosi “Kesedihan dan Cinta” yang mendasari cerpen yang dibuat
Habibirrahman.
Kesedihan
pada cerpen Ketika Cinta Berbuah Surga sesungguhnya terletak pada persoalan
Said yang ingin mencari teman sejati. Berulang kali ia menguji seseorang yang
akan dijadikan teman sejatinya, namun selalu gagal. Gambaran ini terletak pada
kutipan berikut ini :
·
Mula-mula ia mengundang anak-anak para pembesar
kerajaan satu per satu. Sebagian besar dari mereka marah-marah karena hidangnya
tidak keluar-keluar. Bahkan, ada yang pulang tanpa pamit dengan hati kesal.
·
Diantara teman anak raja itu, ada seorang bernama
Adil. Dia anak seorang menteri. Said melihat sepertinya Adil anak yang baik
hati dan setia. Maka dia ingin mengujinya. Diundanglah Adil untuk makan pagi.
Adil memang menunggu keluarnya hidangan dengan setia. Setelah dirasa cukup,
Said mengeluarkan sebuah piring berisi tiga telur rebus. Melihat itu, Adil
berkata keras,”;Hanya ini sarapan kita? Ini tidak cukup mengisi perutku!”. Adil
tidak mau menyentuh telur itu. Dia pergi begitu saja meniggalkan Said
sendirian. Said diam. Dia tidak perlu meminta maaf kepada Adil karena
meremehkan makanan yang telah dia rebus dengan kedua tangannya. Dia mengerti
bahwa Adil tidak lapang dada dan tidak cocok untuk menjadi teman sejati.
Disini
sang pengarang juga memberi solusinya tentang kesedihan yang tidak boleh terlalu
lama, dalam cerpen tersebut Said diceritakan bangkit dari kesedihannya dan terus
berjuang dengan mencoba hal yang baru.
seperti dalam kutipan :
seperti dalam kutipan :
Akhirnya,
Said berpikir untuk mencari teman di luar istana. Kemudian, mulailah Said
berpetualang melewati hutan, ladang, sawah, dan kampung-kampung untuk mencari
seorang teman yang baik.
Rasa
cinta pada cerpen Ketika Cinta Berbuah Surga terletak di beberapa bagian, yaitu
: Rasa cinta seorang ayah kepada anaknya, yang menginginkan si anak mencari
teman sejati untuk kebahagiaan hidupnya kelak. Rasa cinta Said kepada Abdullah
yang sudah dianggap menjadi saudaranya. Gambaran ini terletak pada kutipan berikut
ini :
·
Seorang Raja memberi nasihat kepada anaknya,
“Said, Anakku, sudah saatnya kamu mencari teman sejati yang setia dalam
suka dan duka. Seorang teman baik, yang akan membantumu untuk menjadi orang
baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga”. Said tersentak
mendengar perkataan ayahnya, “Apa maksud Ayah dengan teman yang bisa diajak
bercinta untuk surga?” tanyanya dengan nada penasaran. Raja pun menjawab,” Dia
adalah teman sejati yang benar-benar mau berteman denganmu, bukan karena
derajatmu, tatapi karena kemurnian cinta itu sendiri, yang tercipta dari
keikhlasan hati. Dia mencintaimu karena Allah. Dan Dengan dasar itu kau pun
bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan karena Allah. Kekuatan cinta kalian
akan melahirkan kekuaan dahsyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kekuatan
cinta itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga”.
Kemudian
rasa cinta, yang lainnya yaitu :
·
Sejak itu, keduanya berteman dan bersahabat dengan
sangat akrab. Persahabatan meraka melebihi saudara kandung. Mereka saling
mencintai dan saling menghormati karena Allah swt. Karena kekuatan cinta itu
mereka bahkan sempat bertahun-tahun mengembara bersama untuk belajar dan
berguru kepada para ulama yang tersebar di Turki, di Syiria, di Irak, di Mesir
dan di Yaman.
Pembuktian
rasa cinta lainnya:
·
Lalu, dia membelah telur itu jadi dua. Yang satu dia
pegang dan yang satunya lagi, dia berikan kepada Said.
·
Malam harinya, sengaja ia tidak makan dan melaparkan
perutnya agar paginya bisa makan sebanyak mungkin. Ketika matahari sudah
condong ke Barat, Said berpamitan kepada sahabatnya itu untuk pulang.
·
Sejak hari itu, mereka bermain bersama, pergi
ke hutan bersama ,memancing bersama, dan berburu kelinci bersama. Anak tukang
kayu itu mengajarinya berenang di sungai, menggunakan panah dan memanjat pohon
di hutan. Said sangat gembira sekali berteman dengan anak yang cerdas, rendah
hati, lapang dada dan setia. Akhirnya, dia kembali ke istana dengan hati
gembira.
Bagian
terakhir cerita ini ternyata menarik. Menarik karena adanya kejutan (surprise).
Kejutannya itu terletak pemecahan masalahnya, yaitu ketika Abdullah diundang
makan di istana oleh Said, dan disana Said pun menyadari bahwa Rasa Cinta
Abdullah sangat besar kepadanya. Berikut kutipannya :
·
Akhirnya, tiga butir telur masak pun dihidangkan.
Said mempersilahkan temannya untuk memulai makan. Anak pencari kayu bakar itu
mengambil satu. Lalu, dia mengupas kulitnya pelan-pelan. Sementara Said
mengupas dengan cepat dan menyantapnya. Lalu dengan sengaja Said mengambil yang
ketiga, mengupasnya dengan cepat dan melahapnya. Temannya selesai mengupas
telur. Said ingin melihat apa yang akan dilakukan temannya dengan sebutir telur
itu, apakah akan dimakannya sendiri atau Anak miskin itu mengambil pisau yang
ada di dekat situ. Lalu, dia membelah telur itu jadi dua. Yang satu dia pegang
dan yang satunya lagi, dia berikan kepada Said. Tidak ayal lagi, Said menangis
terharu. Lalu Said pun memeluk anak pencari kayu bakar itu erat-erat seraya
berkata, ”Engkau teman sejatiku! Engkau teman sejatiku! Engkau temanku masuk
surga!”.
Di
Dalam cerpen ini ternyata pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakan
dalam bidang keagamaan (Islam), Allah SWT, mengaji, Sholat. Sang pengarang
dengan apik dapat membuat sebuah cerpen sastra, yang didalamnya terdapat Sumber-sumber
emosi dan suasana hati yang terdiri dari : Kepribadian, aktivitas sosial, usia,
gender dsb.
Klasifikasi
Emosi yang ada dalam cerpen ini memuat kesedihan Said yang berulang kali gagal
dalam mencari teman sejati, dan kekecewaannya yang sangat besar terhadap
orang-orang yang ada disekitarnya, ternyata tidak ada yang tulus mencintainya.
Dia juga mengalami penyesalan karena tidak dapat memenuhi permintaan ayahnya
untuk mencari teman sejati. Sedangkan Rasa cinta dalam novel ini muncul
bertubi-tubi setelah Said berusaha bangkit dari kesedihannya dan berjuang
kembali demi mendapatkan keinginannya.
Cinta dalam cerpen ini bukan seperti cinta layaknya sepasang kekasih, namun cinta antara ayah kepada anaknya, dan antara dua orang sahabat yang sama-sama mencintai Allah SWT. Cinta yang diikuti perasaan setia, tidak mementingkan diri sendiri dsb.
Cinta dalam cerpen ini bukan seperti cinta layaknya sepasang kekasih, namun cinta antara ayah kepada anaknya, dan antara dua orang sahabat yang sama-sama mencintai Allah SWT. Cinta yang diikuti perasaan setia, tidak mementingkan diri sendiri dsb.
Membaca
cerpen ini, kita dapat mempelajari banyak hal, salah satunya kita dapat
mengendalikan dan mengelola emosi kita dengan baik untuk kebahagiaan kita
sendiri dan tentunya dilandasi dengan faktor agama yang kuat. Pengarang juga
menggambarkan jika kita bersahabat seharusnya setia sekata, tidak
membanding-bandingkan satu dengan yang lain, harus saling menyayangi, menerima
kekurangan dan kelebihan sahabat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar