Kamis, 24 Oktober 2013

Psikosastra (analisis Loveintrique)

BAB I
PENDAHULUAN
  ¯   LATAR BELAKANG
Pada hakitanya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun berbentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, dan drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia.
Menurut Iswanto dalam Jabrohim (2003:59), “Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya.” Pendapat tersebut mengandung implikasi bahwa karya sastra (terutama cerpen, novel, dan drama) dapat menjadi potret kehidupan melalui tokoh-tokoh ceritanya.
Meskipun demikian, karya sastra yang diciptakan pengarang kadang-kadang mengandung subjektivitas yang tinggi. Seperti dikemukakan oleh Siswantoro (2005:2) berikut ini.
Imajinasi yang tertuang dalam karya sastra, meski dibalut dalam semangat kreativitas, tidak luput dari selera dan kecenderungan subjektif, aspirasi, dan opini personal ketika merespons objek di luar dirinya, serta muatan-muatan khas individualistik yang melekat pada diri penulisnya sehingga ekspresi karya bekerja atas dasar kekuatan intuisi dan khayal, selain kekuatan menyerap realitas kehidupan. Itulah sebabnya di dalam sebuah cerita, cerpen atau novel, seorang pengarang sering mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat. Dengan harapan para pembaca dapat mengambil hikmah dari fenomena tersebut.
Pada dasarnya isi sebuah karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Sangat beragam perilaku manusia yang bisa dimuat dalam cerita. Kadang-kadang hal ini terjadi perulangan jika diamati secara cermat. Pola atau keterulangan inilah yang ditangkap sebagai fenomena dan seterusnya diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu seperti gejala kejiwaan, sosial, dan masyarakat. Sebagai misal perilaku yang berhubungan gejala kejiwaan yaitu fenomena rasa bersalah atau kebencian (hate). Pemahaman kalsifikasi emosi ini dapat dilakukan dengan mengadakan pendekatan psikologis.
Menurut Semi (1993:79) bahwa pendekatan psikologis menekankan analisis terhadap karya sastra dari segi intrinsik, khususnya pada penokohan atau perwatakannya. Penekanan ini dipentingkan, sebab tokoh ceritalah yang banyak mengalami gejala kejiwaan.
Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sebagaimana sudah kita pahami sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, esai yang diklasifikasikan ke dalam seni (art) sedang psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda, keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Hal ini dinyatakan oleh Teeuw (1991:62-64), “Konvensi sastra merupakan alat yang mengarahkan kemungkinan pemberian makna yang sesuai pada sebuah karya sastra.”
Novel atau cerpen sebagai bagian bentuk sastra, merupakan jagad realita di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh). Realita sosial, realita psikologis, realita religius merupakan terma-terma yang sering kita dengar ketika seseorang menyoal novel sebagai realita kehidupan. Secara spesifik realita psikologis sebagai misal, adalah kehadiran fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespons atau bereaksi terhadap diri dan lingkungan. Sebagai contoh, penampakan gejala klasifikasi emosi dapat penulis temui di dalam novel Lovintrique oleh Wetry Febrina. Tokoh utama “Stella dan Shelly” adalah dua orang remaja, yang serupa tapi tak sama, sama-sama cantik, pintar dan menarik.
Novel Lovintrique karangan Wetry Febrina sangat menarik bila dikaji dengan pendekatan psikologis, khususnya dalam analisis klasifikasi emosi. Novel ini mempunyai kelebihan di antaranya ialah dua tokoh utama cerita ternyata mampu dan tegar menghadapi berbagai fenomena hidup meskipun di dalamnya banyak terjadi konflik. Di lain pihak, melalui tokoh cerita pengarang ingin menyampaikan pesan moral kepada pembaca bahwa pentingnya orang tua memberikan pendidikan yang baik kepada anak. apa yang diperbuat oleh sang tokoh cerita semata-mata akibat dari rasa frustrasi dan kecewa yang berat dengan kedua orang tuanya.
Lovintrique adalah novel perdana Wetry Febrina, anak sulung dari enam bersaudara yang lahir tepat dengan hari valentine. Penggemar Dasboard Confessional dan Red Hot Chilli Peppers ini sudah hobi menulis sejak SMP. Walau sejumlah cerpennya sudah pernah nongol di beberapa majalah dan tabloid, ia tetap merasa belum bisa disebut penulis sebelum novelnya terbit.
Novel ini sangat menarik untuk di baca oleh remaja-remaja masa kini. Banyaknya intrik dalam cerita  menjadi kelebihan yang dimilki oleh novel “Lovintrique”. Dan pelajaran dalam intrik novel ini bisa menjadi pelajaraan bagi kita. Banyak pelajaran yang kita dapat ketika membaca novel karangan Wetry Febrina. Orangtua adalah panutan bagi kita. Orangtua juga berperan penting dalam pertumbuhan kita. Sehingga, orangtua seharusnya bisa menciptakan suasana harmonis dalam keluarganya guna mencapai hidup rukun dan bahagia.






  ¯   LANDASAN TEORI
Klasifikasi Emosi
            Kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan kerap kali dianggap sebagai emosi yang paling mendasar (primary emotions). Situasi yang membangkitkan perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya dan mengakibatkan meningkat ketegangan (Krech, 1974:471). Ciri khas yang menandai perasaan benci ialah timbulnya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian.
1)      Konsep Rasa Bersalah
Bisa disebabkan oleh adanya konflik antara ekspresi impuls dan standar moral (impuls expression versus moral standards)
2)      Rasa Bersalah yang Dipendam
Dalam kasus rasa bersalah,seseorang cenderung merasa bersalah dengan cara memendam dalam dirinya sendiri, memeng ia biasanya bersikap baik, tetapi ia seorang yang buruk.
3)      Menghukum diri sendiri
Perasaan bersalah yang paling menggangu adalah sebagaimana terdapat dalam sikap menghukum diri sendiri, si individu terlihat sebagai sumber dari sikap bersalah.
4)      Rasa Malu
Timbulnya rasa malu tanpa terkait rasa bersalah
5)      Kesedihan (Dukacita)
Berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang penting atau bernilai.
6)      Kebencian
Berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu dan iri hati.
7)      Cinta
Perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk; intensitas pengalaman pun memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat mendalam; derajat sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu yang kasar dan agitatif.

  ¯   TUJUAN
1.      Inggin mengetahui psikologi sastra yang terdapat dalam sebuah karya sastra berbentuk novel, ditinjau dari metode, teori dan contoh kasus.
2.      Mendeskripsikan secara lengkap bentuk klasifikasi emosi ditinjau dari novel Lovintrique.
3.      Menggambarkan kehidupan dalam novel ini melalui analisis klasifikasi emosi.
  ¯   MANFAAT
1.      Manfaat keilmuan dalam kasus ini bersifat confirmatory (membenarkan) bahwa ada hubungan antara psikologi dan sastra sebagai teori yang dilontarkan oleh pakar-pakar sastra.
2.      Memperoleh deskripsi bentuk klasifikasi emosi ditinjau dari segi novel
3.      Menambah wawasan penulis mengenai psikologi dan sastra yang tepat dalam sebuah proses berbahasa pada novel
4.      Meningkatkan minat dan apresiasi bagi para pembelajar bahasa Indonesia
5.      Menjadi referensi bagi penulis selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada novel





BAB II
PEMBAHASAN
  ¯   SINOPSIS
BAHAGIA DALAM KEDAMAIAN HIDUP
Ø  Judul Novel : Lovintrique
Ø  Nama Pengarang : Wetry Febriana
Ø  Kota Terbit : Jl. Haji Montong No. 57 Ciganjur Jagakarsa
Jakarta Selatan 12630
Tlep. ( Hunting ) : (0271) 788 83030; Ext.: 213, 214, 216
Faks. (0271) 727 0996
Situs web : www.mediakita.com
Ø  Jumlah Halaman : viii+150 halaman
Kebahagiaan, manusia yang hidup di dunia ini pasti ingin hidupnya bahagia. Tidak ada seorangpun di dunia ini menginginkan hidup sengsara selama hidupnya. Oleh karena itu demi mencapai hidup bahagia, kita harus berusaha dan terus berusaha untuk menjalani hidup ini dengan sebaik mungkin. Dengan berusa semaksimal kita pasti kita dapat merasakan bahagianya hidup ini.
Seperti yang dikisahkan dalam novel karangan Wetry Febrina ini, dua anak manusia yang bernama Stella dan Shally. Mereka teman sebangku tapi hubungan mereka mirip kucing dan tikus. Mereka memiliki sifat yang berbeda jauh . Sama-sama cantik, sama-sama pintar. Dan sama-sama ingin menjalani hidup yang bahagia. Stella, seorang selebritis yang sedang naik daun, selalu sibuk dengan pekerjaannya yang sebenarnya menjadi selebritis bukan keinginannya. Dia kehilangan masa remajanya, karena kesibukannya. Stella yang lahir dari perselingkuhan mamanya. Papa Stella meninggal, Stella di jadikan ladang emas oleh mamanya, Untuk menghidupi keluarganya. Stella merasa tersiksa dengan ini semua.
Sedangkan Shally, orang yang cerdas tapi jutek abis, dan tidak suka bersosialisasi, ternyata memendam alasan khusus untuk selalu menjadi juara kelas. Ambisi Shally untuk menjadi juara kelas bukan tanpa alasan. Shally depresi berat karena kedua orang tuanya mau bercerai, mama Shally seorang pecandu narkoba, papa Shally seorang selebritis. Setelah perselingkuhan papa Shally dengan seorang selebritis pendatang baru mencuat ke permukaan, keluarga Shally semakin kacau. Itu lah penyebabnya kenapa Shally begitu membenci Stella karena bagi Shally, artis tak lebih dari wanita murahan.
Hubungan Stella dan Shally semakin meruncing karena Jason, anak indo-aussie yang membuat mereka jatuh hati. Jason lebih menyukai Stella daripada Shally, tetapi Stella menolak Jason karena iba kepada Shally. Dia ingin Shally yang mendapatkan Jason, terlebih lagi mama Shally koma karena mencoba membunuh diri karena tidak tahan dengan kelakuan suaminya. Stella lebih memilih Robby lawan mainnya dalam sebuah sinetron, dengan tujuan Jason berpaling dari Stella. Stella bertekat untuk memperbaiki hubungannya dengan Shally, dengan mendonorkan darahnya untuk mama Shally. Karena pengorbanan Stella, Shally pun luluh. Dan pada akhirnya mereka bersahabat. Orangtua Shally rujuk, dan sekarang Stella tidak dituntut untuk berkarya di dunia hiburan. Mama Stella lah yang kini menjadi selebritis. Dan kebahagiaan menjadi milik mereka.
  ¯   UNSUR INTRINSIK
       v   TEMA            
Percintaan, Perjuangan hidup untuk mengapai kebahagiaan.
       v   TOKOH DAN PENOKOHAN
Penokohan pada novel ini digambarkan oleh pengarang denagn sangat jelas. Melalui cirri-ciri fisik maupun penggambaran sifat. Sifat tokoh yang digunakan adalah Protagonis dan Tritagonis.
Ø  Stella Diatmojo                 : seorang gadis yang baik hati, pintar, berani
Ø  Shally        Budianta         : seorang gadis cerdas, galak, jutek, tidak suka bersosialisasi
Ø  Mama Stella (Diana)         : seorang ibu yang ambisisus, menjadikan anaknya ladang uang baginya
Ø  Jason Jennings                   : kakak tiri dari Stella, pendendam
Ø  Robby                               : seorang pria baik, setia, tulus, rela berkorban, sangat mencintai Stella
Ø  Marco Budianta                : Ayah dari Shally, seorang aktor yang terlibat perselingkuhan, namun akhirnya ia bertanggung jawab atas perbuatannya.
       v   ALUR                         :
Maju mundur (flash back) kaerena menceritakan kejadian sekarang kemudian menceritakan kejadian masa yang telah terlewati, kemudian menceritakan kembali kejadian sekarang.
       v   LATAR
Ø  TEMPAT        : Rumah, Kompleks Perunahan, Sekolah, Perkotaan, Rumah sakit, tempat Syuting, Restoran Padang Sederhana Baru, Ruang Guru, Ruang Sidang, Mall
Ø  WAKTU         : pagi, malam, 4.30am, 5.18 am, 6.45 pm, 10.45 am, 12.20 pm, 6.00 pm, 1.00 pm, 2.45 pm, 10.15 pm, 11.10 pm
Ø  SUASANA     : bahagia, sedih, marah, cemburu, panik, hujan, mendung, murung,
       v   SUDUT PANDANG
Novel ini menggunakan Sudut pandang Stella dan Shally, yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita. 
       v   GAYA BAHASA
Bahasa yang digunakan tidak terlalu berbelit-belit mengikuti perkembangan zaman sekarang(modern) dan sesuai dengan kondisi remaj sekarang, sehingga, memudahkan kita untuk memahami isi novel ini. 
Ø  Kata Ganti Orang
Kata-kata ganti orang yang digunakan dalam Lovintrique adalah gue, loe, saya, aku, kamu, ia, dia, kita.
o   Gue-lo digunakan antara tokoh-tokoh remaja yang saling mengenal.
o   Saya digunakan dalam dialog antara tokoh-tokoh remaja dalam situasi formal dan dialog antara tokoh remaja dengan tokoh dewasa selain orang tua dalam situasi apa pun. Remaja menggunakan nama sendiri sebagai kata ganti orang pertama tunggal bila berbicara dengan orang tuanya.
o   Aku digunakan oleh tokoh utama bila sedang merenung atau berbicara dalam hati pada dirinya sendiri. 
o   Kamu digunakan oleh orang tua terhadap anaknya.
o   Tidak ada konsistensi dalam penggunaan dia dan ia, baik dalam dialog maupun narasi.
o   Kita digunakan sebagai kata ganti orang pertama jamak dan kata ganti orang pertama sekaligus kedua jamak.
Pilihan Kata
Kata-kata dalam dialog-dialog Lovintrique juga banyak yang menggunakan kata-kata baku, termasuk dalam dialog antara tokoh-tokoh remaja dalam situasi nonformal.
Kata-kata tidak baku juga banayak dalam narasi ataupun dialog Lovintrique.
Terdapat banyak ungkapan fatis, baik dalam dialog maupun narasi Lovintrique seperti deh, tuh, nih, dong, lho, kan, dan sih.
Pengunaan Bahasa Asing
Novel ini juga menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris (hampir semuanya dicetak miring). Banyak istilah-istilah lain yang menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris.
Simile
Simile merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit, maksudnya ialah bahwa ia lansung mengatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam hal ini bahasa yang membandingkan mengunakan kata-kata perbandingan, terlihat dalam ketipan berikut:
Seorang bintang tanpa penggemar itu ibarat malam tanpa bintang. Kegelapan dan kesepian tanpa cahaya (hlm 4 pargraf dua)
Mataku menerawang, percayalah, meski di luar aku kelihatan tegar, sebenarnya hatiku sangat gamang, seperti seseorang yang sedang meniti tali di awang-awang. (hlm 111 paragraf lima)
Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang mangandung ungkapan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal Contohnya:
Seseorang yang untuk pertama kalinya, bisa membuat jantungku berdetak ribut, hanya karena melihat punggungnya dikelas. (hlm 33 prgraf pertama).
Pelipisku berdenyut, Sialan! Cowok berkacamata itu membuatku hilang ingatan. Dan, mendadak, soal-soal ulangan fisika di papan tulis jadi sangat sulit dipecahkan. (hlm 34 prgraf satu).
       v   AMANAT
Ø  Jangan pernah dendam kepada seseorang. karena hal itu, selain dapat merugikan diri sendiri, juga dapat merugikan orang lain.
Ø  Kekuatan cinta, dapat mengubah segalanya. Seperti mengubah sesuatu hal yang paling buruk menjadi sesuatu yang dapat dimengerti dan disukai banyak orang.
Ø  Dalam menghadapi masalah, tidak boleh putus asa, apalagi melakukan sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri, atau orang lain
Ø  Setiap ada kemauan, pasti ada jalan.
Ø  Pilihan itu ada, namun tergantung siap atau tidak kita menanggung resiko dari pilihan yang kita itu.



  ¯   ANALISIS
v  Konsep Rasa Bersalah
Ø  Sekarang aku sedikit menyesal telah menanyakan hal itu, karena wajah Jason mendadak meberubah mendung dan murung. Sepertinya aku sudah membuatnya menginggat sesuatu yang pahit. (Hlm 45 paragraf lima)
Saat Itu Stella sedang bercakap-cakap dengan Jason. Stella bertanya tentang sesuatu yang bersifat pribadi, dan Jasonpun tidak berkeberatan menjawabnya. Namun karena pertanyaan Stella tersebut, Jason menceritakan kisah sedih yang dialami dirinya dan mamanya, hingga membuat Jason kembali mengingat masa lalunya yang suram, hal itu tergambar jelas di raut wajahnya. Disana Stella merasa sangat bersalah karena sudah bertanya hal yang membuat Jason bersedih, seharusnya ia tidak bertanya yang aneh-aneh.  Akhirnya Stella memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan mengalihkan pada hal yang lain.
Stella menangkap situasi rasa bersalah yang ia alami, ia sadar apa yang harus dilakukannya dan ia sungguh memahami bahwa ia telah melanggar suatu keharusan

v  Rasa Bersalah yang dipendam
Ø  Stella, sejujurnya, bukan loe yang gue benci, tapi orang-orang yang berfrofesi seperti lo...,”desis Shally pelan. (hlm 104 paragraf tiga)
Setelah Shally mengamati lebih seksama tentang Stella dari kejadian di Rumah Sakit. Maka, Shally memiliki perasaan bersalah yang dipendam. Ternyata tidak semua artis itu  kotor dan munafik. Meskipun sebagian benar tapi Stella tidak seperti itu. Namun disini Shally belum sepenuhnya bersikap baik, karena setelah bercerita tentang masa kanak-kanaknya, Shally kembali bersikap buruk kepada Stella, sehingga rasa bersalahnya terus dipendam.
Ø  Aku membeku. Seolah-olah seseorang baru saja menyiram kepalaku dengan seember es, mendadak tubuhku mati rasa. “Maksud mama apa, sih?”
AKU TAK MEMPERCAYAI TELINGAKU. “Dia apa? Masak sih?” tanyaku lemah. Mendadak, aku digeleyuti berton-ton perasaan bersalah. (hal 131 paragraf lima dan tujuh)
Ketika mendengar dari mamanya bahwa Stellalah yang telah mendonorkan darah untuk mamanya. Shally merasa sangat bersalah, rasa bersalahnya yang dahulu di pendam kini semakin menjadi. Rasa bersalah yang dipendam membuatnya ingin menghukum diri sendiri.

Ø  Lalu kenapa Pa?” tanyaku terisak. “Kenapa Papa nggak pernah cerita?” Aku menutup wajah dengan telapak tangan. Stella..., ya, Tuhan. (hlm 132 pargraf pertama dan ketiga)
Shally sangat menyesal dengan segala hal yang telah ia perbuat kepada Stella, selama ini Shally selalu berbuat Jahat kepada Stella hanya karena profesi Stella sama dengan wanita simpanan papanya. Akhirnya, demi menebus rasa bersalah yang dipendamnya selama ini Shally akan berbicara di persidangan untuk membantu Stella.

v  Menghukum diri sendiri
Ø  “Gue frustasi,” keluh Robby seraya kembali mengisap lintingan ganjanya. “Orangtua gue cerai. Bokap gue balik ke Belanda. Nyokap gue dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Sekolah gue ancur karena gue bodoh, disleksia pula. (hlm 76 paragraf tiga)
Perasaan bersalah yang dimiliki Robby atas kehidupannya, membuat Robby menghukum diri sendiri dengan terjun kedalam hal-hal negatif. Ia merasa tidak berguna dan tidak memiliki cahaya dalam hidupnya.
Ø  Kalau lo mau nerima gue, gue janji akan berubah. Gue akan berhenti dugem, berhenti ngeganja, berhenti melakukan apapun yang elo nggak suka!" Katanya lagi.
Jika Stella menerima cinta Robby maka Robby akan menghukum dirinya sendiri dengan tidak melakukan segala hal yang Stella tidak suka. Robby rela tidak melakukan hal yang biasanya ia lakukan demi cintanya kepada Stella.

v  Rasa Malu
Ø  “Kamu memeng benar-benar memalukan Stella,” Mama berdecak kesal. “Mama benar-benar kehilangan muka di depan Marco! ( hlm 99 pargraf tiga)
Saat itu Mama Stella sangat malu di depan Marco, mamanya merasa Stella sudah keterlaluan. Stella hanya sekedar kolega di dunia seni peran  tidak pantas berkata hal yang menyinggung perasaan terhadap orang yang memiliki pengaruh besar dalam dunia seni peran, begitu pikir mamanya
Ø  Ya ampun, Stella. Mama malu...! Mama malu, nak!: teriak mamaku histeris. “Mau ditaruh dimana mukaku ini, Mas hendar? Aduh, Stella....Mama bilang juga apa?jauhi Robby! Eh malah kamu pake pacaran segala sama dia. Lihat sendiri, kan, akibatnya?!” (hlm 125 paragraf dua dan empat)
Sebagai Ibu sekaligus manager Stella, Diana sangat tidak tenang. Anaknya yang merupakan artis terkenal diduga terlibat kasus narkoba. Berita dimana-mana membuat mama Stella panik, ia merasa malu luar biasa, karena itu merupakan ancaman sosial baginya, ia tidak mau pamor Stella menurun. Mama Stella memandang bahwa apa yang telah terjadi pada anaknya akibat pengaruh pergaulan dengan anak yang kelas sosialnya sama.
v  Kesedihan
Ø  KITA BERCERAI SAJA!” samar-samar kudengar papaku berteriak. Membuatku mendadak menggigil pilu. Segera saja aku berlari menerjang kamar tidur orangtuaku, mengamuk!
Mengapa? AKU TAK KEBERATAN KALIAN BERTENGKAR TIAP HARI, ASAL JANGAN BERCERAI! Tolong, Pa, Ma. Aku ngak mau jadi anak yatim piatu!” teriakku setengah meratap, dengan pandangan kabur oleh air mata. (hal 39, paragraf satu dua tiga)
Pada saat itu kedua orang tua Shally sedang bertengkar, sebagai seorang anak tunggal Shally merasa sangat sedih, iaa tidak mau kehilangan salah satu dari kedua orang tuanya. Shally memohon kepada orang tuanya agar tidak bercerai, setiap hari bertengkar saja sudah membuatnya sangat sedih, apalagi bercerai, itu akan menghancurkannya.

Ø  Tetesan-tetesan hangat menetes di bahuku saat tubuh mama berguncang menahan isak. (hlm 107 paragraf enam)
Shally dan mamanya berpelukan dengan kesedihan yang sama mereka sangat berharap papanya bisa seperti dahulu. Tapi kenyataan tidak bisa dibohongi dia sangat sedih karena tidak bisa berkumpul seperti dahulu. Dia berharap papanya akan kembali. Andai dia seperti Stella pasti bisa bertemu dengan papanya setiap hari. Karena sangat sedih mama Shelly melampiaskannya pada ganja. Mereka berdua berharap bisa bahagia bersama papanya sampai akhirnya mamanya menangis.
Ø  Mataku menerawang, percayalah, meski di luar aku kelihatan tegar, sebenarnya hatiku sangat gamang, seperti seseorang yang sedang meniti tali di awang-awang. (hlm 111 paragraf lima)
Saat itu Shally sedang bersedih karena kondisi mamanya memburuk namun ia tetap berusaha tegar dihadapan papanya.
Ia juga tak mau melihat papanya bertambah sedih jika melihatnya juga tengah bersedih.

Ø   “Ibu saya sedang koma di rumah sakit.” Beliau kekurangan darah, “ucap Shally terbata. “Rumah sakit tak punya lagi persediaan golongan darah AB resus positif. Kalau tidak secepatnya ditransfusi, mama saya... mama saya...” (hlm 112 paragraf tiga)
Shally sangat berharap bisa mendapatkan donor darah yang sama dengan mamanya. Maka dari itu dia menyiarkan permohonan tersebut malalui media TV. Tapi  kalimatnya terputus karena Shally terisak di depan kamer, ia tidak dapat membendung rasa sedihnya sehingga sampai menangis dan tidak melanjutkan kata-katanya.

Ø  Aku menopang kepalaku. Terlalu sedih untuk menangis. Aku leleh menangis. Aku lelah diinterogasi. Aku lelah menghadapi semua ini. (hlm 124 pararaf tiga)
Stella sedang berada di kantor polisi. Intensitas rasa sedih yang sangat mendalam membuat Stella tidak mampu untu menangis lagi. Ia berat menerima kenyataan itu, karena ia harus bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak ia lakukan.

v  Kebencian
Ø  AKU BENCI PAPA! PAPA YANG MEMBUNUH MAMA, KAN?”
(hlm 84 paragraf kedua)
Pada saat itu Shally sangat marah ketika melihat mamanya nya tak berdaya, sementara papanya persis berada di depan sang mama dengan berlumuran darah. Seketika Shally sangat benci papanya ia berteriak-teriak pada papanya sebagai sasaran kebenciannya.

Ø  Kalau mama mati, aku akan bunuh diri. Shit! aku benci papa! Aku dendam pada papa! Gelap di  sekelilingku. Tubuhku mendadak dingin dan beku. (hlm 85 paragraf pertama)
Shally berada diatas kebencian yang membara, papanya menampar pipi Shally untuk pertama kalinya.

Ø  Aku mendengus jijik. “Kenapa sih, Papa selalu membela Stella? Seolah olah, di mata Papa, Stella itu seperti malaikat saja. (hlm 129 prgraf lima)
Rasa benci Shally terhadap Stella sangat jelas tergambar dalam ucapannya. Apalagi orang yang dia sukai Jason juga menyukai Stella dan papanya pun membela Stella. Ia semakin cemburu kepada Stella sehingga menjadi sangat benci kepada Stella

Ø  “Dia adik tiri saya. Anak wanita yang telah merampas ayah saya. Anak wanita yang menyebabkan ibu saya menderita, kembali ke kampung halamannya di Australia, lalu mati karena penyakit peneumonia. (hal 138 paragraf dua)
Jason sangat membenci Stella, karena Stella adalah anak dari wanita yang telah merebut papanya. Maka dari itu Jason sangat ingin mencelakai Stella, membuat hidup Stella menderita dan hancur seperti apa yang pernah ia rasakan. Membalas dendam agar dia merasa puas

Ø  Watch Out, Stella! Nerakamu belum berakhir! Selama aku hidup, nerakamu tak akan pernah berakhir! (hal 147 paragraf dua)
Kebencian Jason tak kunjung hilang walaupun ia sudah menerima hukuman atas perbuatannya pada Stella. Ia tidak akan pernah merasa puas sebelum menghancurkannya.

v  Cinta
Ø  Aku jatuh cinta? Terlalu dini untuk mengatakannya, karenacowok berkacamata minus dan berambut ikal cokelat keemasan itu baru kemarin masuk kesekolah ini. (hal 11 paragraf dua)
Pada saat itu Stella sedang mengamati murid baru di sekolahnya dan ia merasa tertarik kepada cowok tersebut, namun dalam tahap ini cinta  Stella pada murid baru itu baru sebatas suka

Ø  Aku jatuh cinta?
Terlalu dini untuk mengatakannya, karena cowok berwajah bule dan berkacamata minus itu baru kemarin masuk ke sekolah ini.
Sesekali aku mencuri pandang ke arah bangku ketiga dari depan itu. Gelenyer-gelenyer aneh mulai berdenyut di dadaku setiap kali dia balas memendang (hal 33 paragraf lima dan enam)
Pada saat itu Shally sedang mengamati murid baru di sekolahnya dan ia merasa tertarik kepada cowok tersebut, namun dalam tahap ini cinta  Shally pada murid baru itu baru sebatas suka

Ø  “Ngak masalah, lo cinta ama gue atau ngak. Gue Cuma mau, lo ada di sisi gue, itu saja! Save my life, Stella. Cuma lo yang bisa, Please....” (hlm 83 pargraf lima)
Saat itu Robby sedang memohon kepada Stella untuk menerima cintanya. Robby tidak peduli Stella akan balas mencintainya atau tidak, yang paling penting Stella selalu ada mendampinggi Robby.
Ø  Robby berjongkok di sebelahku, menggenggam tanganku. “Stella, gue nggak mungkin bikin lo celaka,” katanya lembut. “Lo tau kan gue cinta banget sama lo!?”
Robby berusaha meyakinkan Stella akan cinta tulus yang dia miliki, dia tidak mungkin mencelakai gadis yang sangat di cintainya itu. Dia berusaha membuat Stella merasa aman berada di sampingnya. Robby pun tidak marah ketika Stella bertanya tentang hal yang tidak mungkin ia lakukan.











BAB III
PENUTUP

  ¯   SIMPULAN
Dari hasil analisis sederhana yang telah diuraikan di atas, dapat di ambil kesimpulan, Novel Lovinrique cukup berhasil menggambarkan kejiwaan anak-anak remaja saat ini. Dengan sifat-sifat khasnya yang mencoba mencari pemahaman terhadap dunia. Tokoh Stella dan Shally digambarkan memiliki karakter yang gigih. Berjuang sekuat tenaga dengan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Usaha Stella dan Shally tidak mendapat jalan yang mudah. Banyak mendapat kendala. Juga banyak konflik yang ikut menyertainya. Antara lain konflik dengan dirinya sendiri dan konflik dengan tokoh lain. Tapi keduanya tidak putus asa dan terus melakukan perjuangannya.
Pembaca yang pas untuk novel ini adalah anak-anak remaja SMA dan ABG . Hal ini karena logika-logika dan pengetahuan yang tergambar di dalam novel cukup sulit untuk dipahami oleh anak-anak di bawah usia lima belas tahun, dan dikhawatirkan akan meniru.
Keberadaan klasifikasi emosi yang ditulis berdasarkan hasil pengamatan analisis yang terdapat dalam novel sastra “Lovintrique” ialah (1) Konsep Rasa Bersalah (2) Rasa Bersalah yang Dipendam (3) Rasa Malu (4) Kesedihan (5) Kebencian (6) Cinta . Klasifikasi Emosi terdapat, pada dialog dan pernyataan antara Stella, Shally dan tokoh lainnya.

  ¯   SARAN
Melalui analisis Novel sastra “Lovintrique”. Saya berharap akan ada analisis-analisis psikosastra lainnya yang jauh lebih baik dari saya, sehingga sayapun dapat belajar lebih banyak lagi. Dengan menganalisis, menambah wawasan saya tentang psikologi dan sastra dalam satu buku. Demikian yang dapat saya paparkan mengenai analisis psikosastra, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul novel ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya analisis ini dan penulisan di kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga analisis ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

  ¯   DAFTAR PUSTAKA
Febrina Wetry 2007. Lovintrique. Jakarta: Media Kita

Ahmadi, H.Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta

TEHERAN DALAM TOPLES


Teheran dalam Toples 
Kode : 9786027696051 
Oleh : Aminatul Faizah 
Ukuran : 14x20cm
 
Tebal :
 
Terbit : September 2012
 
Penerbit : DIVA
 
Sekilas tentang isi buku
 “Kau mau jadi ini?” Aku melihat gambar itu. “Ali, kau harus sekolah dulu jika mau jadi ini. Sayangnya, semua dokter harus bisa bicara. Nanti, kalau ada pasien yang sakit, kau mau memberi tahunya dengan apa? Ketika kau belajar dan guru bertanya, kau akan jawab dengan apa? Kau akan mendeskripsikan penyakit dan bertanya kepada pasien dengan apa?”
***
Kesepian yang menghinggapi Leila di awal masa keindahannya ke Teheran, Iran, luruh saat bertemu dengan Ali. Ali yang tak mau bicara. Ali yang bagaikan boneka hidup. Ali yang selalu menemani hari-harinya. Dan, Ali juga yang membawanya berkenalan dengan Khafsah serta tiga anak laki-laki keluarga Khan; Faris, Ma’arif, dan Djalaluddin. Keenamnya terikat persahabatan yang rumit di bawah langit Teheran. Hingga, Leila memutuskan kembali ke negara asal ibunya, Indonesia.
 
Nasib akhirnya membawa Leila kembali ke Teheran lima belas tahun kemudian. Menelusuri jejak masa kecilnya, Leila mendapati segalanya telah berubah.
 
Lantas, apa yang telah terjadi pada kelima sahabatnya? Akankah pada akhirnya Ali memperdengarkan suaranya? Bagaimanakah perjuangan Leila mengumpulkan mozaik masa lalu demi mengisi kekosongan hatinya? Apa yang ia temukan di akhir perjalanannya?
    Dengan perpaduan latar Teheran, Indonesia, dan Prancis yang apik, kisah demi kisah yang tersaji mengajak Anda melakukan perjalanan akan pencarian makna persahabatan dan cinta. Sungguh menyentuh!
 

Ini adalah Teheran dalam toplesku. Toples yang menyimpan segalanya dengan sangat rapi dan ringkas. Toples yang sangat berharga dan bisa aku bawa ke mana pun. Isinya tak mampu ditawar oleh siapa pun, termasuk jutawan kaya.


Senin, 12 Agustus 2013

KABARETISASI CERPEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Banyak cara dan bentuk dalam mengeksplor karya-karya sastra seperti cerpen, novel, pantun, drama (naskah), dan lain sebagainya ke dalam bentuk lain yang bersifat eksperimental.Untuk bentuk kabaretisasi secara umum bukanlah hal baru. Konsep kabaretisasi cerpen dianggap masih merupakan bagian dari bentuk kreatif eksplorasi kreasi sastra.
Menurut Edgar Allan Poe, Jassin (1961:72), cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sebuah cerpen merupakan prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000 kata.
Selanjutnya, istilah "kabaret" berasal dari sebuah kata Perancis untuk ruangan bar atau café, tempat lahirnya bentuk hiburan ini, sebagai suatu bentuk yang lebih artistik daripada café-chantant. Kata ini berasal dari kata dalam bahasa Belanda Tengah cabret, melalui bahas Perancis Utara Kuno camberette, dari kata bahasa Latin Akhir camera. Pada intinya kata ini berarti "ruangan kecil."
Kabaret merupakan bentuk ekslporasi seni drama pertunjukan yang dikemas dengan seni kombinasi atau seni merangkai bunyi melalui pemanfaatan teknologi audio, itu artinya sebelum memasuki tahapan kabaretisasi cerpen haruslah terlebih dahulu berkreasi dalam tahap dramatisasi cerpen yakni mentransformasikan cerpen ke dalam bentuk drama naskah, mulai dari pengidentifikasian unsur-unsur intrinsiknya hingga penulisan ulang ke dalam bentuk naskah drama.
Pada bab ini dan selanjutnya, penyusun merasa tertarik dalam mengkreasikan sebuah cerpen dalam bentuk kabaret karena nilai estetiknya tentu sangat tinggi dalam mengapresiasi dan mengkreasi suatu karya sastra. Kabaretisasi cerpen merupakan bentuk kreasi ganda yakni dari Cerpen menjadi drama, dari drama menjadi kabaret.
Dalam makalah ini, penyaji sangaja memilih salah satu kumpulan cerpen Danarto yang berjudul Godlob karena penyusun merasa pas jika cerpen Godlob tersebut dikabaretisasi cerpen. Dengan begitu unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya jika dikabaretkan akan terasa lebih hidup dan indah.

1.2. Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1.      Ingin mengetahui sejauh mana kabaretisasi cerpen berpengaruh di Indonesia?
2.      Ingin mengetahui sejauh mana nilai estetiknyacerpen Godlob jika dikabaretisasikan?









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Cerpen Indonesia

Arti cerpen atau kepanjangan cerita pendek adalah sebuah karangan yang menceritakan tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi cerita terbatas. Sebuah cerpen biasanya akan langsung mengarah ke topik utama cerita karena memang alur ceritanya Cuma sekali dan langsung tamat.
Menurut Edgar Allan Poe, Jassin (1961:72), cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sebuah cerpen merupakan prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000 kata.
Di manakah tempat cerpen Indonesia dalam perjalanan kesusastraan negeri ini? Sebenarnya, sangat mungkin kehadiran cerpen Indonesia mendahului penerbitan novel, drama, bahkan juga puisi jika ukuran ciri-ciri kemodernan diterapkan di sana. Jejak puisi Indonesia modern memang gampang kita telusuri lewat komparasi dengan pantun, syair, dan puisi tradisional lainnya. Jejak itulah yang menempatkan puisi Indonesia modern dianggap lebih jelas perjalanannya. Padahal, puisi Indonesia dengan ciri-ciri modern, juga sudah banyak muncul di berbagai media massa. Belakangan, Muhammad Yamin membuat sintesis pola pantun dan soneta. Dan itu terjadi pada dasawarsa pertama abad ke-20.

Pada awalnya, konsep cerpen memang tidak begitu jelas. Sketsa, fragmen, buah tutur, esai-esai yang mengangkat kehidupan sehari-hari, cerita ringan dan lucu, cerita bersambung (feuilleton) atau kisah tragedi percintaan yang diambil dari suatu peristiwa yang pernah menjadi berita aktual, semua disebut cerita. Baru memasuki dasawarsa kedua abad ke-20, cerita-cerita yang pendek itu diberi label cerita pendek, meski penyebutan singkatan cerpen belum banyak digunakan. Ajip Rosidi yang menempatkan Muhammad Kasim dan Soeman Hs sebagai perintis cerpen Indonesia, menelusuri jejak cerpen dari tradisi sastra lisan penglipur lara dengan tokoh-tokoh si Kabayan, Lebai Malang, dan Jaka Dolog.

Pandangan itu niscaya perlu didiskusikan lagi. Masalahnya, Ajip hanya menyimak Pandji Poestaka (1923) yang banyak memuat cerita-cerita lucu Muhammad Kasim yang belakangan diterbitkan sebagai kumpulan cerita lucu (Teman Duduk, 1936). Padahal, sebelum terbit Pandji Poestaka, sejumlah suratkabar atau majalah –termasuk Sri Poestaka (1918), banyak pula yang memuat cerita-cerita ringan seperti itu, meski tak semuanya berupa cerita lucu. Oleh karena itu, penelusuran pada jejak cerpen Indonesia yang lebih awal, perlu memperhatikan kehadiran koran dan majalah yang terbit mendahului Pandji Poestaka.

Menjelang berakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ada sekitar 60-an surat kabar dan majalah berbahasa Melayu yang terbit. Sebut saja beberapa di antaranya: Biang-lala (Batavia, 1868, dwimingguan), Sahabat Baik (Betawi, 1891, terbit tak teratur), Pewarta Prijaji (Semarang, 1900, bulanan), Bintang Hindia (Bandung, 1903, dwimingguan) atau Bok-Tok (Surabaya, 1913, mingguan). Beberapa di antaranya, memuat cerita bersambung (feuilleton), cerpen, dan puisi. Majalah Sahabat Baik, misalnya, mencantumkan subjudulnya seperti ini: “Hikayat, tjerita, dongeng, sjair, pantoen, dan lain-lain daripada itu.” Surat kabar Selompret Melajoe (terbit di Semarang, 1860–1910) malah sering memuat surat-surat pembacanya dalam bentuk puisi. Cara demikian, ternyata juga kita jumpai dalam majalah Poetri Hindia (terbit di Bogor, 1908) dan beberapa media yang terbit masa itu.

Dilihat dari struktur ceritanya, cerpen-cerpen yang dimuat di berbagai media massa saat itu, tak diragukan lagi sudah merupakan karya modern. Sebagian besar membicarakan tema sosial; masalah pernyaian, tragedi kehidupan rumah tangga, percintaan dan peristiwa yang pernah menjadi berita aktual. Dalam hal yang disebut terakhir itulah, media massa sengaja memuat cerita pendek sebagai salah satu nilai jual media itu. Pasalnya, cerita seperti itu justru paling banyak mendapat sambutan masyarakat. Ini dapat dipahami mengingat berita umumnya disajikan lebih ringkas dan sering tidak mengungkapkan latar belakang terjadinya peristiwa itu. Cerpen justru memenuhi tuntutan itu. Oleh karena itu, di bawah judul cerpen atau cerita bersambung yang dimuat media massa, lazim tertulis keterangan “Satu cerita yang sungguh sudah terjadi di Jawa” yang mencantelkan cerita itu dengan peristiwa yang pernah menjadi berita media bersangkutan.

Dengan dasar pemikiran tersebut di atas, maka sejarah sastra Indonesia, terutama yang menyangkut kelahiran dan perjalanan cerpen Indonesia, mutlak ditinjau kembali. Banyak fakta yang mengecoh, dan lebih banyak lagi yang ditenggelamkan, di dalamnya termasuk keberadaan cerpen dan peran media massa. Terlalu lama membiarkan persoalan ini tanpa usaha perbaikan, sama halnya dengan ikut membiarkan sejarah sastra Indonesia tetap berada dalam kondisi carut-marut.
Kebangkitan cerpen di Indonesia ditandai oleh Balai Pustaka yang menerbitkan Teman Duduk karya M. Kasim. Selanjutnya Suman Hs dengan Kawan Bergelut-nya diterbitkan pada tahun 1938.Sejak tahun 1946 cerpen mulai hidup di Indonesia. Bersama waktu dan perkembangan kebudayaan masyarakat Indonesia nilai cerpen pun mulai berubah. Dahulu bercorak cerita rakyat, tahun 1940-an mulai bergeser pada kehidupan rakyat sehari-hari. Contohnya karya Hamka yang berjudul Di Dalam Lembah Kehidupan diterbitkan pada tahun 1940, warna kehidupan rakyat sehari-hari sudah terlihat, walaupun Hamka mengerjakannya secara sentimental.
Cerpen Indonesia mengalami masa subur sekitar tahun 1950-an setelah era perang kemerdekaan. Buku-buku kumpulan cerpen menandainya, di antaranya kumpulan cerpen Subuh karya Pramoedya Ananta Toer (BP:1951); Yang Terempas dan Terkandas karya Rusman Sutiasumarga (BP:1951); Manusia dan Tanahnya karya Aoh KArtahadimaja (BP:1952); Terang Bulan Terang di Kali karya S.M. Ardan (Gunung Agung: 1955) dan lain-lain.
Dalam esai Mencari Tradisi Cerpen Indonesia yang ditulis tahun 1975, Jakob Sumardjo menyatakan, "Tradisi penulisan cerpen mencapai masa suburnya pada dekade 50-an yang merupakan zaman emas produksi cerita pendek dalam sejarah sastra Indonesia." Pada masa itulah muncul nama-nama seperti Riyono Pratikto, Subagyo Sastrowardoyo, Sukanto SA, Nh Dini, Bokor Hutasuhut, Mahbud Djunaedi, AA Navis, dan sederet nama lain yang, menurut sastrawan dan kritikus sastra Ajip Rosidi dalam esai Pertumbuhan dan Perkembangan Cerpen Indonesia, disebut sebagai sastrawan yang "pertama-tama dan terutama dikenal sebagai penulis cerpen". Ada situasi yang relatif sama di antara kedua periode itu: (1) cerpen menjadi pilihan utama pengucapan literer, (2) tingkat produktivitas cerpen yang melimpah, (3) pertumbuhannya yang didukung oleh media di luar buku; pada yang pertama ialah majalah dan pada yang kedua ialah koran, (4) pencapaian estetis cerpen yang makin menempatkan cerpen sebagai genre sastra yang kian diperhitungkan.
Namun, buku yang memuat cerpen-cerpen yang pernah terbit di Kompas sepanjang kurun 1980-1990-an ini setidaknya bisa menjadi etalase untuk melihat perkembangan dan pencapaian estetis cerpen-cerpen pada periode itu. Apalagi, seperti pernah dinyatakan oleh Nirwan Dewanto, pada periode itu Kompas memang memiliki kedudukan tersendiri: menjadi media yang cukup signifikan bila kita hendak memperbincangkan pertumbuhan cerpen ketika media yang mengkhususkan diri pada sastra mulai meredup pamornya. Dan, yang pada periode selanjutnya menjadi para penulis yang banyak memberi pengaruh pertumbuhan cerpen kita, seperti Seno Gumira Ajidarma, Putu Wijaya, dan juga Radhar Panca Dahana.

2.2 Pengertian Kabaret

Berdasarkan asal-muasalnya kabaret adalah sebuah pertunjukan atau pementasan seni yang berasal dari Dunia Barat di mana biasanya ada hiburan berupa musik, komedi dan seringkali sandiwara atau tari-tarian. Perbedaan utama antara kabaret dengan pertunjukan lainnya adalah tempat pertunjukannya— restoran atau kelab malam dengan sebuah panggung pertunjukan dan penontonnya yang duduk mengelilingi meja-meja (seringkali sambil makan atau minum) dan menyaksikan pertunjukannya. Tempatnya sendiri seringkali juga disebut "kabaret". Pada peralihan abad ke-20, terjadi perubahan besar dalam budaya kabaret. Para penarinya termasuk Josephine Baker dan penari waria Brasil João Francisco dos Santos (alias Madame Satã). Pertunjukan-pertunjukan kabaret dapat beraneka ragam dari satire politik hingga hiburan ringan, masing-masing diperkenalkan oleh seorang master of ceremonies (MC), atau pembawa acara.
Istilah "kabaret" berasal dari sebuah kata Perancis untuk ruangan bar atau café, tempat lahirnya bentuk hiburan ini, sebagai suatu bentuk yang lebih artistik daripada café-chantant. Kata ini berasal dari kata dalam bahasa Belanda Tengah cabret, melalui bahas Perancis Utara Kuno camberette, dari kata bahasa Latin Akhir camera. Pada intinya kata ini berarti "ruangan kecil."
Kabaret juga merujuk ke bordil gaya Mediterania — bar dengan meja-meja dan wanita-wanita yang berbaur serta mengibur para kliennya. Secara tradisional, tempat-tempat ini juga dapat menampilkan beberapa bentuk hiburan: seringkali dengan penyanyi dan penari — tergantung tempatnya masing-masing, sifatnya dapat liar dan kasar. Kabaret yang lebih canggih dan berkelaslah yang akhirnya melahirkan bentuk tempat hiburan dan seni pertunjukan yang menjadi pokok artikel ini
Kabaret merupakan sebuah pementasan yang dilakukan diatas panggung yang dalam pertunjukan tersebuh terdapat beberapa unsur seni yang lain nya seperti seni peran, seni musik. Kabaret seni secara garis besar merupakan sebuah seni peran namun dilakukan secara lipsing atau secara awam dialog dan lain lain telah direkam pada sebuah media seperti kaset atau disk (CD).
Secara global definisi kabaret yang kami jalani sangat berbeda jauh dengan definisi kabaret yang ada di wikipedia, kabaret kami merupakan kabaret asli indonesia atas pemikiran seniman-seniman kota kembang bandung yang berkreasi untuk membuat seni pertunjukan yang bisa masuk ke segala kalangan, baik muda, tua, bapak-bapak, ibu-ibu dll.
2.3 Kontroversi Kabaret Vs Teater
Perlu digarisbawahi belakangan ini sering terdengar isu tidak sedap mengenai Kabaret Vs Teater khususnya di kota Bandung yang merupakan awal perkembangan perkabaretan Indonesia. Persoalan ini sedikit membuat risih para pelaku seni drama karena sejatinya memang tidak ada yang perlu di ributkan dan di persoalkan. Teater adalah seni begitu pula dengan Kabaret jadi apa yang harus di permasalahkan?
Jika melihat titik balik mengenai Sejarah Teater Indonesia, disitu menyinggung mengenai Teater Kontemporer Indonesia yang isinya antara lain yaitu "Teater Kontemporer Indonesia mengalami perkembangan yang sangat membanggakan. Sejak munculnya eksponen 70 dalam seni teater, kemungkinan ekspresi artistik dikembangkan dengan gaya khas masing-masing seniman. Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 80- an sampai saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan. Meksipun seni teater konvensional tidak pernah mati tetapi teater eksperimental terus juga tumbuh. Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain. Dengan demikian, wilayah jelajah ekspresi menjadi semakin luas dan kemungkinan bentuk garap semakin banyak.
Jelas disitu di katakan bahwa banyak konsep dan gaya baru yang bermunculan sehingga semakin tumbuh teater eksperimental dangan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain. 
Pada awal kabaret muncul di indonesia banyak perdebatan antaran seniman teater murni dan seniman kabaret, seniman dari teater murni berdalih bahwa kabaret bukan bagian dari teater dengan alasan seni peran yang ditampilkan tidak natural tapi dibuat-buat. seiring berjalannya waktu akhirnya sudah jelas bahwa kabaret merupakan bagian dari teater yang membedakan hanyalah sebagian dialog yang ada dalam sebuah cerita kabaret digantikan dengan potongan-potongan lagu yang mengganbarkan kejadian saat itu.
Jadi Kabaret salah satu bentuk pencitraan dari konsep dan gaya baru dengan menggandeng unsur pertunjukan yang lain. Setiap orang yang murni mempelajari Teater pasti mampu untuk bermain Kabaret tapi setiap orang yang murni mempelajari Kabaret belum tentu mampu bermain Teater.Hal ini terbukti karena dasar-dasar Kabaret adalah dasar-dasar teater, jadi sebenarnya pernyataan yang menyatakan bahwa kabaret dan teater adalah pesaing dalam bidang seni hanyalah kontroversi ranah prestise saja, karena memang dalam seni tidak ada kata "rival" atau "musuh". Dalam seni yang ada hanyalah berlomba mengasah kreatifitas dan membuat inovasi-inovasi baru di bidang seni serta mengedepankan sportifitas.
2.4 Kabaretisasi Cerpen
Banyak cara dan bentuk dalam mengeksplor karya-karya sastra seperti cerpen, novel, pantun, drama (naskah), dan lain sebagainya ke dalam bentuk lain yang bersifat eksperimental. Untuk bentuk kabaretisasi secara umum bukanlah hal baru, karena banyak para pelaku seni muda khusunya di Jawa barat yang mengkreasikan film layar lebar, Novel dan cerpen dalam bentuk kabaret maupun drama musikal. Sehinggakonsep kabaretisasi cerpen dianggap masih merupakan bagian dari bentuk kreatif eksplorasi kreasi sastra. Terlepas dari besar kecilnya sajian nilai-nilai sastra di dalamnya yang jelas bentuk ini tidak terlalu melenceng jauh dari ranah sastra, karena jika meninjau kembali esensi dari kreasi sastra, kita semua sepakat bahwa dari kata “kreasi” kita akan menemukan suatu hal yang berbeda, unik, memiliki nilai lebih, bahkan bisa jadi ada bentuk baru dari objek yang dikreasikan.
Seperti yang sudah diulas sebelumnya bahwakabaret merupakan bentuk ekslporasi seni drama pertunjukan yang dikemas dengan seni kombinasi atau seni merangkai bunyi melalui pemanfaatan teknologi audio, itu artinya sebelum memasuki tahapan kabaretisasi cerpen haruslah terlebih dahulu berkreasi dalam tahap dramatisasi cerpen yakni mentransformasikan cerpen ke dalam bentuk drama naskah, mulai dari pengidentifikasian unsur-unsur intrinsiknya hingga penulisan ulang ke dalam bentuk naskah drama. Sebenarnya sah-sah saja jika mengeksplor bentuk kabaretisasi cerpen tanpa harus melewati tahap dramatisasi cerpen, namun yang perlu dipertimbangkan adalah ruang dasar pembentukan kabaret adalah drama, sehingga akan lebih etis dan estetis jika kedua tahap itu dilakukan secara berkesinambungan. Dengan kata lain bentuk dari kabaretisasi cerpen merupakan bentuk kreasi ganda yakni dari Cerpen menjadi drama, dari drama menjadi kabaret.
Berikut adalah langkah-langkah dari bentuk kabaretisasi cerpen :
1.      Memilih cerpen yang akan dikreasikan, kita ambil contoh cerpenGodlob karya Danarto
2.      Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik
-          Alur : Maju atau linear
-          Tokoh :  lelaki muda, lelaki tua, perempuan, dan penduduk.
-          Penokohan: lelaki muda (penurut terbukti ketika dia disuruh untuk ikut berperang lelaki muda itu menurut meski ia harus mengorbankan jiwa dan raganya, tawakal terbukti ketika ia sudah sangat lemah tak berdaya menunggu seseorang datang menolongnya di medan perang) dan lelaki tua (penuh ambisi terbukti ketika ia berambisi agar anaknya menjadi seorang pahlawan, emosional yaitu terbuki ketika ia menemukan anaknya masih hidup di medan perang lalu ia membunuh anaknya karena ia ingin anaknya menjadi seorang pahlawan), perempuan (penyayang yaitu pendendam yaitu ketika ia mengetahui anaknya mati dibunuh ayahnya bukan mati karena peperangan, perempuan itu marah dan ia memnembakkan pistol kepada lelaki tua untuk membalaskan dendamnya),
-          Konflik
-          Setting tempat waktu dan susana: di medan perang, di
-          Amanat
-          Gaya Bahasa
3.      Menyusun kerangka prolog, dialog dan epilog cerita
4.      Menyusun menjadi naskah drama
5.      Menandai ilustrasi bunyi yang sesuai hasil identifikasi unsur intrinsik.
6.      Mengidentifikasi dialog antar tokoh untuk klasifikasi pengisi suara (dubbing).
7.      Menyusun rangkaian dan kombinasi bunyi (proses mixing)
8.      Proses editing dan penyelarasan akhir
9.      Kabaretisasi cerpen selesai


[Lirik] Secret - Talk That ( Romanization / English / Indonesia)




ROMANIZATION

D DD DD DD D
D DD DD DD D
geumanhae geumanhae jebal
Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that

eotteohge nega ireol su itneunji
naega ireohge apaya haneunji
nae saenggageul neon hagineun
hangeonji naega useu unji

geurae deureo julge eochapi da geojit igetjiman
geurae useo julge nega noldeon
geu yeojadeul cheoreom geureohge

(Talk that) maldo an doeneun sori haebwa
(Talk that) mideul georan saenggaghaji ma
(Talk that) nega han mal modu heotsori sori sori nikka
(Talk that) itneundaero naege marhaebwa
(Talk that) nareul geuman gajigo nora
(Talk that) naege han mal jeonbu heot sori
sori sori gata neo

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that

cheoeum buteo da ttoggateun geojitmal
jinsimi eotdan mareun hajido ma
ijen neol midgi himdeul geot gata na. 
naega useu unji

geurae deureo julge algo 
itneun byeonmyeongil tejiman
geurae useo julge ije geuman 
kkeojyeojullae sanggwan an halge

(Talk that) maldo an doeneun sori haebwa
(Talk that) mideul georan saenggaghaji ma
(Talk that) nega han mal modu heotsori sori sori nikka
(Talk that) itneundaero naege marhaebwa
(Talk that) nareul geuman gajigo nora
(Talk that) naege han mal jeonbu heot sori
sori sori gata neo

naege tto mareul hajiman
deudgi sirheo geumanhae da
Don’t say my name
Don’t say my name
Don’t say my name

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that jebal

(Talk that) maldo an doeneun sori haebwa
(Talk that) mideul georan saenggaghaji ma
(Talk that) nega han mal modu heotsori sori sori nikka
(Talk that) itneundaero naege marhaebwa
(Talk that) nareul geuman gajigo nora
(Talk that) naege han mal jeonbu heot sori
sori sori gata neo.

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that



ENGLISH

D DD DD DD D
D DD DD DD D
Stop it, stop it, please
Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that

How could you do this?
I am hurting so much like this
Do you even think of me?
Am I easy to you?

Yes, I’ll listen, although it’ll be all lies
Yes, I’ll smile, just like 
all the girls you played with

(Talk that) Keep saying those ridiculous words
(Talk that) But don’t think that I’ll believe you
(Talk that) Because everything you say is a lie
(Talk that) Tell me the truth
(Talk that) Stop playing with me
(Talk that) Everything you tell me 
seems like a lie

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that

From the start, it was all lies
Don’t tell me that you were telling the truth
Now it’s hard for me to believe you
Am I that easy to you?

Yes, I’ll listen, although 
I already know your excuses
Yes, I’ll smile, now please go away, 
I won’t care anymore

(Talk that) Keep saying those ridiculous words
(Talk that) But don’t think that I’ll believe you
(Talk that) Because everything you say is a lie
(Talk that) Tell me the truth
(Talk that) Stop playing with me
(Talk that) Everything you tell me 
seems like a lie

You tell me again but 
I don’t wanna listen, just stop it all
Don’t say my name
Don’t say my name
Don’t say my name

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that please

(Talk that) Keep saying those ridiculous words
(Talk that) But don’t think that I’ll believe you
(Talk that) Because everything you say is a lie
(Talk that) Tell me the truth
(Talk that) Stop playing with me
(Talk that) Everything you tell me 
seems like a lie

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that


INDONESIA

D DD DD DD D
D DD DD DD D
Hentikan, hentikan, tolong hentikan
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu

Bagaimana kau bisa melakukan ini?
Aku benar-benar tersakiti seperti ini
Apakah kau pernah berpikir tentang aku?
Apakah aku tak berarti untukmu?

Ya, aku akan mendengarkan, meskipun semuanya hanya kebohongan
Ya, aku akan tersenyum, seperti
semua gadis yang telah kau permainkan

(Bicara itu) Terus saja ucapkan kata-kata konyol
(Bicara itu) Tapi jangan berpikir bahwa aku akan mempercayaimu
(Bicara itu) Karena semua yang kau katakan adalah kebohongan
(Bicara itu) Katakanlah yang sebenarnya
(Bicara itu) Berhenti bermain-main denganku
(Bicara itu) Segala sesuatu yang kau ceritakan
Sepertinya hanya kebohongan

Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu

Dari awal, semua itu adalah kebohongan
Jangan katakan bahwa kau mengatakan yang sebenarnya
Sekarang sulit bagiku untuk percaya denganmu
 Apakah aku tak berarti untukmu

Ya, aku akan mendengarkan, meskipun
Aku sudah tahu alasanmu
Ya, aku akan tersenyum, sekarang silakan pergi,
Aku tidak akan peduli lagi

(Bicara itu) Terus saja ucapkan kata-kata konyol
(Bicara itu) Tapi jangan berpikir bahwa aku akan mempercayaimu
(Bicara itu) Karena semua yang kau katakan adalah kebohongan
(Bicara itu) Katakanlah yang sebenarnya
(Bicara itu) Berhenti bermain-main denganku
(Bicara itu) Segala sesuatu yang kau ceritakan
Sepertinya hanya kebohongan

Kau ceritakan lagi namun
Aku tidak mau mendengarkan, hentikanlah semua itu
Jangan sebut namaku
Jangan sebut namaku
Jangan sebut namaku

Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakanlah yang menyenangkan

(Bicara itu) Terus saja ucapkan kata-kata konyol
(Bicara itu) Tapi jangan berpikir bahwa aku akan mempercayaimu
(Bicara itu) Karena semua yang kau katakan adalah kebohongan
(Bicara itu) Katakanlah yang sebenarnya
(Bicara itu) Berhenti bermain-main denganku
(Bicara itu) Segala sesuatu yang kau ceritakan
Sepertinya hanya kebohongan

Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu

Kamis, 24 Oktober 2013

Psikosastra (analisis Loveintrique)

BAB I
PENDAHULUAN
  ¯   LATAR BELAKANG
Pada hakitanya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun berbentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, dan drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia.
Menurut Iswanto dalam Jabrohim (2003:59), “Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya.” Pendapat tersebut mengandung implikasi bahwa karya sastra (terutama cerpen, novel, dan drama) dapat menjadi potret kehidupan melalui tokoh-tokoh ceritanya.
Meskipun demikian, karya sastra yang diciptakan pengarang kadang-kadang mengandung subjektivitas yang tinggi. Seperti dikemukakan oleh Siswantoro (2005:2) berikut ini.
Imajinasi yang tertuang dalam karya sastra, meski dibalut dalam semangat kreativitas, tidak luput dari selera dan kecenderungan subjektif, aspirasi, dan opini personal ketika merespons objek di luar dirinya, serta muatan-muatan khas individualistik yang melekat pada diri penulisnya sehingga ekspresi karya bekerja atas dasar kekuatan intuisi dan khayal, selain kekuatan menyerap realitas kehidupan. Itulah sebabnya di dalam sebuah cerita, cerpen atau novel, seorang pengarang sering mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat. Dengan harapan para pembaca dapat mengambil hikmah dari fenomena tersebut.
Pada dasarnya isi sebuah karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Sangat beragam perilaku manusia yang bisa dimuat dalam cerita. Kadang-kadang hal ini terjadi perulangan jika diamati secara cermat. Pola atau keterulangan inilah yang ditangkap sebagai fenomena dan seterusnya diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu seperti gejala kejiwaan, sosial, dan masyarakat. Sebagai misal perilaku yang berhubungan gejala kejiwaan yaitu fenomena rasa bersalah atau kebencian (hate). Pemahaman kalsifikasi emosi ini dapat dilakukan dengan mengadakan pendekatan psikologis.
Menurut Semi (1993:79) bahwa pendekatan psikologis menekankan analisis terhadap karya sastra dari segi intrinsik, khususnya pada penokohan atau perwatakannya. Penekanan ini dipentingkan, sebab tokoh ceritalah yang banyak mengalami gejala kejiwaan.
Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sebagaimana sudah kita pahami sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, esai yang diklasifikasikan ke dalam seni (art) sedang psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda, keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Hal ini dinyatakan oleh Teeuw (1991:62-64), “Konvensi sastra merupakan alat yang mengarahkan kemungkinan pemberian makna yang sesuai pada sebuah karya sastra.”
Novel atau cerpen sebagai bagian bentuk sastra, merupakan jagad realita di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh). Realita sosial, realita psikologis, realita religius merupakan terma-terma yang sering kita dengar ketika seseorang menyoal novel sebagai realita kehidupan. Secara spesifik realita psikologis sebagai misal, adalah kehadiran fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespons atau bereaksi terhadap diri dan lingkungan. Sebagai contoh, penampakan gejala klasifikasi emosi dapat penulis temui di dalam novel Lovintrique oleh Wetry Febrina. Tokoh utama “Stella dan Shelly” adalah dua orang remaja, yang serupa tapi tak sama, sama-sama cantik, pintar dan menarik.
Novel Lovintrique karangan Wetry Febrina sangat menarik bila dikaji dengan pendekatan psikologis, khususnya dalam analisis klasifikasi emosi. Novel ini mempunyai kelebihan di antaranya ialah dua tokoh utama cerita ternyata mampu dan tegar menghadapi berbagai fenomena hidup meskipun di dalamnya banyak terjadi konflik. Di lain pihak, melalui tokoh cerita pengarang ingin menyampaikan pesan moral kepada pembaca bahwa pentingnya orang tua memberikan pendidikan yang baik kepada anak. apa yang diperbuat oleh sang tokoh cerita semata-mata akibat dari rasa frustrasi dan kecewa yang berat dengan kedua orang tuanya.
Lovintrique adalah novel perdana Wetry Febrina, anak sulung dari enam bersaudara yang lahir tepat dengan hari valentine. Penggemar Dasboard Confessional dan Red Hot Chilli Peppers ini sudah hobi menulis sejak SMP. Walau sejumlah cerpennya sudah pernah nongol di beberapa majalah dan tabloid, ia tetap merasa belum bisa disebut penulis sebelum novelnya terbit.
Novel ini sangat menarik untuk di baca oleh remaja-remaja masa kini. Banyaknya intrik dalam cerita  menjadi kelebihan yang dimilki oleh novel “Lovintrique”. Dan pelajaran dalam intrik novel ini bisa menjadi pelajaraan bagi kita. Banyak pelajaran yang kita dapat ketika membaca novel karangan Wetry Febrina. Orangtua adalah panutan bagi kita. Orangtua juga berperan penting dalam pertumbuhan kita. Sehingga, orangtua seharusnya bisa menciptakan suasana harmonis dalam keluarganya guna mencapai hidup rukun dan bahagia.






  ¯   LANDASAN TEORI
Klasifikasi Emosi
            Kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan kerap kali dianggap sebagai emosi yang paling mendasar (primary emotions). Situasi yang membangkitkan perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya dan mengakibatkan meningkat ketegangan (Krech, 1974:471). Ciri khas yang menandai perasaan benci ialah timbulnya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian.
1)      Konsep Rasa Bersalah
Bisa disebabkan oleh adanya konflik antara ekspresi impuls dan standar moral (impuls expression versus moral standards)
2)      Rasa Bersalah yang Dipendam
Dalam kasus rasa bersalah,seseorang cenderung merasa bersalah dengan cara memendam dalam dirinya sendiri, memeng ia biasanya bersikap baik, tetapi ia seorang yang buruk.
3)      Menghukum diri sendiri
Perasaan bersalah yang paling menggangu adalah sebagaimana terdapat dalam sikap menghukum diri sendiri, si individu terlihat sebagai sumber dari sikap bersalah.
4)      Rasa Malu
Timbulnya rasa malu tanpa terkait rasa bersalah
5)      Kesedihan (Dukacita)
Berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang penting atau bernilai.
6)      Kebencian
Berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu dan iri hati.
7)      Cinta
Perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk; intensitas pengalaman pun memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat mendalam; derajat sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu yang kasar dan agitatif.

  ¯   TUJUAN
1.      Inggin mengetahui psikologi sastra yang terdapat dalam sebuah karya sastra berbentuk novel, ditinjau dari metode, teori dan contoh kasus.
2.      Mendeskripsikan secara lengkap bentuk klasifikasi emosi ditinjau dari novel Lovintrique.
3.      Menggambarkan kehidupan dalam novel ini melalui analisis klasifikasi emosi.
  ¯   MANFAAT
1.      Manfaat keilmuan dalam kasus ini bersifat confirmatory (membenarkan) bahwa ada hubungan antara psikologi dan sastra sebagai teori yang dilontarkan oleh pakar-pakar sastra.
2.      Memperoleh deskripsi bentuk klasifikasi emosi ditinjau dari segi novel
3.      Menambah wawasan penulis mengenai psikologi dan sastra yang tepat dalam sebuah proses berbahasa pada novel
4.      Meningkatkan minat dan apresiasi bagi para pembelajar bahasa Indonesia
5.      Menjadi referensi bagi penulis selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada novel





BAB II
PEMBAHASAN
  ¯   SINOPSIS
BAHAGIA DALAM KEDAMAIAN HIDUP
Ø  Judul Novel : Lovintrique
Ø  Nama Pengarang : Wetry Febriana
Ø  Kota Terbit : Jl. Haji Montong No. 57 Ciganjur Jagakarsa
Jakarta Selatan 12630
Tlep. ( Hunting ) : (0271) 788 83030; Ext.: 213, 214, 216
Faks. (0271) 727 0996
Situs web : www.mediakita.com
Ø  Jumlah Halaman : viii+150 halaman
Kebahagiaan, manusia yang hidup di dunia ini pasti ingin hidupnya bahagia. Tidak ada seorangpun di dunia ini menginginkan hidup sengsara selama hidupnya. Oleh karena itu demi mencapai hidup bahagia, kita harus berusaha dan terus berusaha untuk menjalani hidup ini dengan sebaik mungkin. Dengan berusa semaksimal kita pasti kita dapat merasakan bahagianya hidup ini.
Seperti yang dikisahkan dalam novel karangan Wetry Febrina ini, dua anak manusia yang bernama Stella dan Shally. Mereka teman sebangku tapi hubungan mereka mirip kucing dan tikus. Mereka memiliki sifat yang berbeda jauh . Sama-sama cantik, sama-sama pintar. Dan sama-sama ingin menjalani hidup yang bahagia. Stella, seorang selebritis yang sedang naik daun, selalu sibuk dengan pekerjaannya yang sebenarnya menjadi selebritis bukan keinginannya. Dia kehilangan masa remajanya, karena kesibukannya. Stella yang lahir dari perselingkuhan mamanya. Papa Stella meninggal, Stella di jadikan ladang emas oleh mamanya, Untuk menghidupi keluarganya. Stella merasa tersiksa dengan ini semua.
Sedangkan Shally, orang yang cerdas tapi jutek abis, dan tidak suka bersosialisasi, ternyata memendam alasan khusus untuk selalu menjadi juara kelas. Ambisi Shally untuk menjadi juara kelas bukan tanpa alasan. Shally depresi berat karena kedua orang tuanya mau bercerai, mama Shally seorang pecandu narkoba, papa Shally seorang selebritis. Setelah perselingkuhan papa Shally dengan seorang selebritis pendatang baru mencuat ke permukaan, keluarga Shally semakin kacau. Itu lah penyebabnya kenapa Shally begitu membenci Stella karena bagi Shally, artis tak lebih dari wanita murahan.
Hubungan Stella dan Shally semakin meruncing karena Jason, anak indo-aussie yang membuat mereka jatuh hati. Jason lebih menyukai Stella daripada Shally, tetapi Stella menolak Jason karena iba kepada Shally. Dia ingin Shally yang mendapatkan Jason, terlebih lagi mama Shally koma karena mencoba membunuh diri karena tidak tahan dengan kelakuan suaminya. Stella lebih memilih Robby lawan mainnya dalam sebuah sinetron, dengan tujuan Jason berpaling dari Stella. Stella bertekat untuk memperbaiki hubungannya dengan Shally, dengan mendonorkan darahnya untuk mama Shally. Karena pengorbanan Stella, Shally pun luluh. Dan pada akhirnya mereka bersahabat. Orangtua Shally rujuk, dan sekarang Stella tidak dituntut untuk berkarya di dunia hiburan. Mama Stella lah yang kini menjadi selebritis. Dan kebahagiaan menjadi milik mereka.
  ¯   UNSUR INTRINSIK
       v   TEMA            
Percintaan, Perjuangan hidup untuk mengapai kebahagiaan.
       v   TOKOH DAN PENOKOHAN
Penokohan pada novel ini digambarkan oleh pengarang denagn sangat jelas. Melalui cirri-ciri fisik maupun penggambaran sifat. Sifat tokoh yang digunakan adalah Protagonis dan Tritagonis.
Ø  Stella Diatmojo                 : seorang gadis yang baik hati, pintar, berani
Ø  Shally        Budianta         : seorang gadis cerdas, galak, jutek, tidak suka bersosialisasi
Ø  Mama Stella (Diana)         : seorang ibu yang ambisisus, menjadikan anaknya ladang uang baginya
Ø  Jason Jennings                   : kakak tiri dari Stella, pendendam
Ø  Robby                               : seorang pria baik, setia, tulus, rela berkorban, sangat mencintai Stella
Ø  Marco Budianta                : Ayah dari Shally, seorang aktor yang terlibat perselingkuhan, namun akhirnya ia bertanggung jawab atas perbuatannya.
       v   ALUR                         :
Maju mundur (flash back) kaerena menceritakan kejadian sekarang kemudian menceritakan kejadian masa yang telah terlewati, kemudian menceritakan kembali kejadian sekarang.
       v   LATAR
Ø  TEMPAT        : Rumah, Kompleks Perunahan, Sekolah, Perkotaan, Rumah sakit, tempat Syuting, Restoran Padang Sederhana Baru, Ruang Guru, Ruang Sidang, Mall
Ø  WAKTU         : pagi, malam, 4.30am, 5.18 am, 6.45 pm, 10.45 am, 12.20 pm, 6.00 pm, 1.00 pm, 2.45 pm, 10.15 pm, 11.10 pm
Ø  SUASANA     : bahagia, sedih, marah, cemburu, panik, hujan, mendung, murung,
       v   SUDUT PANDANG
Novel ini menggunakan Sudut pandang Stella dan Shally, yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita. 
       v   GAYA BAHASA
Bahasa yang digunakan tidak terlalu berbelit-belit mengikuti perkembangan zaman sekarang(modern) dan sesuai dengan kondisi remaj sekarang, sehingga, memudahkan kita untuk memahami isi novel ini. 
Ø  Kata Ganti Orang
Kata-kata ganti orang yang digunakan dalam Lovintrique adalah gue, loe, saya, aku, kamu, ia, dia, kita.
o   Gue-lo digunakan antara tokoh-tokoh remaja yang saling mengenal.
o   Saya digunakan dalam dialog antara tokoh-tokoh remaja dalam situasi formal dan dialog antara tokoh remaja dengan tokoh dewasa selain orang tua dalam situasi apa pun. Remaja menggunakan nama sendiri sebagai kata ganti orang pertama tunggal bila berbicara dengan orang tuanya.
o   Aku digunakan oleh tokoh utama bila sedang merenung atau berbicara dalam hati pada dirinya sendiri. 
o   Kamu digunakan oleh orang tua terhadap anaknya.
o   Tidak ada konsistensi dalam penggunaan dia dan ia, baik dalam dialog maupun narasi.
o   Kita digunakan sebagai kata ganti orang pertama jamak dan kata ganti orang pertama sekaligus kedua jamak.
Pilihan Kata
Kata-kata dalam dialog-dialog Lovintrique juga banyak yang menggunakan kata-kata baku, termasuk dalam dialog antara tokoh-tokoh remaja dalam situasi nonformal.
Kata-kata tidak baku juga banayak dalam narasi ataupun dialog Lovintrique.
Terdapat banyak ungkapan fatis, baik dalam dialog maupun narasi Lovintrique seperti deh, tuh, nih, dong, lho, kan, dan sih.
Pengunaan Bahasa Asing
Novel ini juga menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris (hampir semuanya dicetak miring). Banyak istilah-istilah lain yang menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris.
Simile
Simile merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit, maksudnya ialah bahwa ia lansung mengatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam hal ini bahasa yang membandingkan mengunakan kata-kata perbandingan, terlihat dalam ketipan berikut:
Seorang bintang tanpa penggemar itu ibarat malam tanpa bintang. Kegelapan dan kesepian tanpa cahaya (hlm 4 pargraf dua)
Mataku menerawang, percayalah, meski di luar aku kelihatan tegar, sebenarnya hatiku sangat gamang, seperti seseorang yang sedang meniti tali di awang-awang. (hlm 111 paragraf lima)
Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang mangandung ungkapan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal Contohnya:
Seseorang yang untuk pertama kalinya, bisa membuat jantungku berdetak ribut, hanya karena melihat punggungnya dikelas. (hlm 33 prgraf pertama).
Pelipisku berdenyut, Sialan! Cowok berkacamata itu membuatku hilang ingatan. Dan, mendadak, soal-soal ulangan fisika di papan tulis jadi sangat sulit dipecahkan. (hlm 34 prgraf satu).
       v   AMANAT
Ø  Jangan pernah dendam kepada seseorang. karena hal itu, selain dapat merugikan diri sendiri, juga dapat merugikan orang lain.
Ø  Kekuatan cinta, dapat mengubah segalanya. Seperti mengubah sesuatu hal yang paling buruk menjadi sesuatu yang dapat dimengerti dan disukai banyak orang.
Ø  Dalam menghadapi masalah, tidak boleh putus asa, apalagi melakukan sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri, atau orang lain
Ø  Setiap ada kemauan, pasti ada jalan.
Ø  Pilihan itu ada, namun tergantung siap atau tidak kita menanggung resiko dari pilihan yang kita itu.



  ¯   ANALISIS
v  Konsep Rasa Bersalah
Ø  Sekarang aku sedikit menyesal telah menanyakan hal itu, karena wajah Jason mendadak meberubah mendung dan murung. Sepertinya aku sudah membuatnya menginggat sesuatu yang pahit. (Hlm 45 paragraf lima)
Saat Itu Stella sedang bercakap-cakap dengan Jason. Stella bertanya tentang sesuatu yang bersifat pribadi, dan Jasonpun tidak berkeberatan menjawabnya. Namun karena pertanyaan Stella tersebut, Jason menceritakan kisah sedih yang dialami dirinya dan mamanya, hingga membuat Jason kembali mengingat masa lalunya yang suram, hal itu tergambar jelas di raut wajahnya. Disana Stella merasa sangat bersalah karena sudah bertanya hal yang membuat Jason bersedih, seharusnya ia tidak bertanya yang aneh-aneh.  Akhirnya Stella memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan mengalihkan pada hal yang lain.
Stella menangkap situasi rasa bersalah yang ia alami, ia sadar apa yang harus dilakukannya dan ia sungguh memahami bahwa ia telah melanggar suatu keharusan

v  Rasa Bersalah yang dipendam
Ø  Stella, sejujurnya, bukan loe yang gue benci, tapi orang-orang yang berfrofesi seperti lo...,”desis Shally pelan. (hlm 104 paragraf tiga)
Setelah Shally mengamati lebih seksama tentang Stella dari kejadian di Rumah Sakit. Maka, Shally memiliki perasaan bersalah yang dipendam. Ternyata tidak semua artis itu  kotor dan munafik. Meskipun sebagian benar tapi Stella tidak seperti itu. Namun disini Shally belum sepenuhnya bersikap baik, karena setelah bercerita tentang masa kanak-kanaknya, Shally kembali bersikap buruk kepada Stella, sehingga rasa bersalahnya terus dipendam.
Ø  Aku membeku. Seolah-olah seseorang baru saja menyiram kepalaku dengan seember es, mendadak tubuhku mati rasa. “Maksud mama apa, sih?”
AKU TAK MEMPERCAYAI TELINGAKU. “Dia apa? Masak sih?” tanyaku lemah. Mendadak, aku digeleyuti berton-ton perasaan bersalah. (hal 131 paragraf lima dan tujuh)
Ketika mendengar dari mamanya bahwa Stellalah yang telah mendonorkan darah untuk mamanya. Shally merasa sangat bersalah, rasa bersalahnya yang dahulu di pendam kini semakin menjadi. Rasa bersalah yang dipendam membuatnya ingin menghukum diri sendiri.

Ø  Lalu kenapa Pa?” tanyaku terisak. “Kenapa Papa nggak pernah cerita?” Aku menutup wajah dengan telapak tangan. Stella..., ya, Tuhan. (hlm 132 pargraf pertama dan ketiga)
Shally sangat menyesal dengan segala hal yang telah ia perbuat kepada Stella, selama ini Shally selalu berbuat Jahat kepada Stella hanya karena profesi Stella sama dengan wanita simpanan papanya. Akhirnya, demi menebus rasa bersalah yang dipendamnya selama ini Shally akan berbicara di persidangan untuk membantu Stella.

v  Menghukum diri sendiri
Ø  “Gue frustasi,” keluh Robby seraya kembali mengisap lintingan ganjanya. “Orangtua gue cerai. Bokap gue balik ke Belanda. Nyokap gue dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Sekolah gue ancur karena gue bodoh, disleksia pula. (hlm 76 paragraf tiga)
Perasaan bersalah yang dimiliki Robby atas kehidupannya, membuat Robby menghukum diri sendiri dengan terjun kedalam hal-hal negatif. Ia merasa tidak berguna dan tidak memiliki cahaya dalam hidupnya.
Ø  Kalau lo mau nerima gue, gue janji akan berubah. Gue akan berhenti dugem, berhenti ngeganja, berhenti melakukan apapun yang elo nggak suka!" Katanya lagi.
Jika Stella menerima cinta Robby maka Robby akan menghukum dirinya sendiri dengan tidak melakukan segala hal yang Stella tidak suka. Robby rela tidak melakukan hal yang biasanya ia lakukan demi cintanya kepada Stella.

v  Rasa Malu
Ø  “Kamu memeng benar-benar memalukan Stella,” Mama berdecak kesal. “Mama benar-benar kehilangan muka di depan Marco! ( hlm 99 pargraf tiga)
Saat itu Mama Stella sangat malu di depan Marco, mamanya merasa Stella sudah keterlaluan. Stella hanya sekedar kolega di dunia seni peran  tidak pantas berkata hal yang menyinggung perasaan terhadap orang yang memiliki pengaruh besar dalam dunia seni peran, begitu pikir mamanya
Ø  Ya ampun, Stella. Mama malu...! Mama malu, nak!: teriak mamaku histeris. “Mau ditaruh dimana mukaku ini, Mas hendar? Aduh, Stella....Mama bilang juga apa?jauhi Robby! Eh malah kamu pake pacaran segala sama dia. Lihat sendiri, kan, akibatnya?!” (hlm 125 paragraf dua dan empat)
Sebagai Ibu sekaligus manager Stella, Diana sangat tidak tenang. Anaknya yang merupakan artis terkenal diduga terlibat kasus narkoba. Berita dimana-mana membuat mama Stella panik, ia merasa malu luar biasa, karena itu merupakan ancaman sosial baginya, ia tidak mau pamor Stella menurun. Mama Stella memandang bahwa apa yang telah terjadi pada anaknya akibat pengaruh pergaulan dengan anak yang kelas sosialnya sama.
v  Kesedihan
Ø  KITA BERCERAI SAJA!” samar-samar kudengar papaku berteriak. Membuatku mendadak menggigil pilu. Segera saja aku berlari menerjang kamar tidur orangtuaku, mengamuk!
Mengapa? AKU TAK KEBERATAN KALIAN BERTENGKAR TIAP HARI, ASAL JANGAN BERCERAI! Tolong, Pa, Ma. Aku ngak mau jadi anak yatim piatu!” teriakku setengah meratap, dengan pandangan kabur oleh air mata. (hal 39, paragraf satu dua tiga)
Pada saat itu kedua orang tua Shally sedang bertengkar, sebagai seorang anak tunggal Shally merasa sangat sedih, iaa tidak mau kehilangan salah satu dari kedua orang tuanya. Shally memohon kepada orang tuanya agar tidak bercerai, setiap hari bertengkar saja sudah membuatnya sangat sedih, apalagi bercerai, itu akan menghancurkannya.

Ø  Tetesan-tetesan hangat menetes di bahuku saat tubuh mama berguncang menahan isak. (hlm 107 paragraf enam)
Shally dan mamanya berpelukan dengan kesedihan yang sama mereka sangat berharap papanya bisa seperti dahulu. Tapi kenyataan tidak bisa dibohongi dia sangat sedih karena tidak bisa berkumpul seperti dahulu. Dia berharap papanya akan kembali. Andai dia seperti Stella pasti bisa bertemu dengan papanya setiap hari. Karena sangat sedih mama Shelly melampiaskannya pada ganja. Mereka berdua berharap bisa bahagia bersama papanya sampai akhirnya mamanya menangis.
Ø  Mataku menerawang, percayalah, meski di luar aku kelihatan tegar, sebenarnya hatiku sangat gamang, seperti seseorang yang sedang meniti tali di awang-awang. (hlm 111 paragraf lima)
Saat itu Shally sedang bersedih karena kondisi mamanya memburuk namun ia tetap berusaha tegar dihadapan papanya.
Ia juga tak mau melihat papanya bertambah sedih jika melihatnya juga tengah bersedih.

Ø   “Ibu saya sedang koma di rumah sakit.” Beliau kekurangan darah, “ucap Shally terbata. “Rumah sakit tak punya lagi persediaan golongan darah AB resus positif. Kalau tidak secepatnya ditransfusi, mama saya... mama saya...” (hlm 112 paragraf tiga)
Shally sangat berharap bisa mendapatkan donor darah yang sama dengan mamanya. Maka dari itu dia menyiarkan permohonan tersebut malalui media TV. Tapi  kalimatnya terputus karena Shally terisak di depan kamer, ia tidak dapat membendung rasa sedihnya sehingga sampai menangis dan tidak melanjutkan kata-katanya.

Ø  Aku menopang kepalaku. Terlalu sedih untuk menangis. Aku leleh menangis. Aku lelah diinterogasi. Aku lelah menghadapi semua ini. (hlm 124 pararaf tiga)
Stella sedang berada di kantor polisi. Intensitas rasa sedih yang sangat mendalam membuat Stella tidak mampu untu menangis lagi. Ia berat menerima kenyataan itu, karena ia harus bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak ia lakukan.

v  Kebencian
Ø  AKU BENCI PAPA! PAPA YANG MEMBUNUH MAMA, KAN?”
(hlm 84 paragraf kedua)
Pada saat itu Shally sangat marah ketika melihat mamanya nya tak berdaya, sementara papanya persis berada di depan sang mama dengan berlumuran darah. Seketika Shally sangat benci papanya ia berteriak-teriak pada papanya sebagai sasaran kebenciannya.

Ø  Kalau mama mati, aku akan bunuh diri. Shit! aku benci papa! Aku dendam pada papa! Gelap di  sekelilingku. Tubuhku mendadak dingin dan beku. (hlm 85 paragraf pertama)
Shally berada diatas kebencian yang membara, papanya menampar pipi Shally untuk pertama kalinya.

Ø  Aku mendengus jijik. “Kenapa sih, Papa selalu membela Stella? Seolah olah, di mata Papa, Stella itu seperti malaikat saja. (hlm 129 prgraf lima)
Rasa benci Shally terhadap Stella sangat jelas tergambar dalam ucapannya. Apalagi orang yang dia sukai Jason juga menyukai Stella dan papanya pun membela Stella. Ia semakin cemburu kepada Stella sehingga menjadi sangat benci kepada Stella

Ø  “Dia adik tiri saya. Anak wanita yang telah merampas ayah saya. Anak wanita yang menyebabkan ibu saya menderita, kembali ke kampung halamannya di Australia, lalu mati karena penyakit peneumonia. (hal 138 paragraf dua)
Jason sangat membenci Stella, karena Stella adalah anak dari wanita yang telah merebut papanya. Maka dari itu Jason sangat ingin mencelakai Stella, membuat hidup Stella menderita dan hancur seperti apa yang pernah ia rasakan. Membalas dendam agar dia merasa puas

Ø  Watch Out, Stella! Nerakamu belum berakhir! Selama aku hidup, nerakamu tak akan pernah berakhir! (hal 147 paragraf dua)
Kebencian Jason tak kunjung hilang walaupun ia sudah menerima hukuman atas perbuatannya pada Stella. Ia tidak akan pernah merasa puas sebelum menghancurkannya.

v  Cinta
Ø  Aku jatuh cinta? Terlalu dini untuk mengatakannya, karenacowok berkacamata minus dan berambut ikal cokelat keemasan itu baru kemarin masuk kesekolah ini. (hal 11 paragraf dua)
Pada saat itu Stella sedang mengamati murid baru di sekolahnya dan ia merasa tertarik kepada cowok tersebut, namun dalam tahap ini cinta  Stella pada murid baru itu baru sebatas suka

Ø  Aku jatuh cinta?
Terlalu dini untuk mengatakannya, karena cowok berwajah bule dan berkacamata minus itu baru kemarin masuk ke sekolah ini.
Sesekali aku mencuri pandang ke arah bangku ketiga dari depan itu. Gelenyer-gelenyer aneh mulai berdenyut di dadaku setiap kali dia balas memendang (hal 33 paragraf lima dan enam)
Pada saat itu Shally sedang mengamati murid baru di sekolahnya dan ia merasa tertarik kepada cowok tersebut, namun dalam tahap ini cinta  Shally pada murid baru itu baru sebatas suka

Ø  “Ngak masalah, lo cinta ama gue atau ngak. Gue Cuma mau, lo ada di sisi gue, itu saja! Save my life, Stella. Cuma lo yang bisa, Please....” (hlm 83 pargraf lima)
Saat itu Robby sedang memohon kepada Stella untuk menerima cintanya. Robby tidak peduli Stella akan balas mencintainya atau tidak, yang paling penting Stella selalu ada mendampinggi Robby.
Ø  Robby berjongkok di sebelahku, menggenggam tanganku. “Stella, gue nggak mungkin bikin lo celaka,” katanya lembut. “Lo tau kan gue cinta banget sama lo!?”
Robby berusaha meyakinkan Stella akan cinta tulus yang dia miliki, dia tidak mungkin mencelakai gadis yang sangat di cintainya itu. Dia berusaha membuat Stella merasa aman berada di sampingnya. Robby pun tidak marah ketika Stella bertanya tentang hal yang tidak mungkin ia lakukan.











BAB III
PENUTUP

  ¯   SIMPULAN
Dari hasil analisis sederhana yang telah diuraikan di atas, dapat di ambil kesimpulan, Novel Lovinrique cukup berhasil menggambarkan kejiwaan anak-anak remaja saat ini. Dengan sifat-sifat khasnya yang mencoba mencari pemahaman terhadap dunia. Tokoh Stella dan Shally digambarkan memiliki karakter yang gigih. Berjuang sekuat tenaga dengan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Usaha Stella dan Shally tidak mendapat jalan yang mudah. Banyak mendapat kendala. Juga banyak konflik yang ikut menyertainya. Antara lain konflik dengan dirinya sendiri dan konflik dengan tokoh lain. Tapi keduanya tidak putus asa dan terus melakukan perjuangannya.
Pembaca yang pas untuk novel ini adalah anak-anak remaja SMA dan ABG . Hal ini karena logika-logika dan pengetahuan yang tergambar di dalam novel cukup sulit untuk dipahami oleh anak-anak di bawah usia lima belas tahun, dan dikhawatirkan akan meniru.
Keberadaan klasifikasi emosi yang ditulis berdasarkan hasil pengamatan analisis yang terdapat dalam novel sastra “Lovintrique” ialah (1) Konsep Rasa Bersalah (2) Rasa Bersalah yang Dipendam (3) Rasa Malu (4) Kesedihan (5) Kebencian (6) Cinta . Klasifikasi Emosi terdapat, pada dialog dan pernyataan antara Stella, Shally dan tokoh lainnya.

  ¯   SARAN
Melalui analisis Novel sastra “Lovintrique”. Saya berharap akan ada analisis-analisis psikosastra lainnya yang jauh lebih baik dari saya, sehingga sayapun dapat belajar lebih banyak lagi. Dengan menganalisis, menambah wawasan saya tentang psikologi dan sastra dalam satu buku. Demikian yang dapat saya paparkan mengenai analisis psikosastra, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul novel ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya analisis ini dan penulisan di kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga analisis ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

  ¯   DAFTAR PUSTAKA
Febrina Wetry 2007. Lovintrique. Jakarta: Media Kita

Ahmadi, H.Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta

TEHERAN DALAM TOPLES


Teheran dalam Toples 
Kode : 9786027696051 
Oleh : Aminatul Faizah 
Ukuran : 14x20cm
 
Tebal :
 
Terbit : September 2012
 
Penerbit : DIVA
 
Sekilas tentang isi buku
 “Kau mau jadi ini?” Aku melihat gambar itu. “Ali, kau harus sekolah dulu jika mau jadi ini. Sayangnya, semua dokter harus bisa bicara. Nanti, kalau ada pasien yang sakit, kau mau memberi tahunya dengan apa? Ketika kau belajar dan guru bertanya, kau akan jawab dengan apa? Kau akan mendeskripsikan penyakit dan bertanya kepada pasien dengan apa?”
***
Kesepian yang menghinggapi Leila di awal masa keindahannya ke Teheran, Iran, luruh saat bertemu dengan Ali. Ali yang tak mau bicara. Ali yang bagaikan boneka hidup. Ali yang selalu menemani hari-harinya. Dan, Ali juga yang membawanya berkenalan dengan Khafsah serta tiga anak laki-laki keluarga Khan; Faris, Ma’arif, dan Djalaluddin. Keenamnya terikat persahabatan yang rumit di bawah langit Teheran. Hingga, Leila memutuskan kembali ke negara asal ibunya, Indonesia.
 
Nasib akhirnya membawa Leila kembali ke Teheran lima belas tahun kemudian. Menelusuri jejak masa kecilnya, Leila mendapati segalanya telah berubah.
 
Lantas, apa yang telah terjadi pada kelima sahabatnya? Akankah pada akhirnya Ali memperdengarkan suaranya? Bagaimanakah perjuangan Leila mengumpulkan mozaik masa lalu demi mengisi kekosongan hatinya? Apa yang ia temukan di akhir perjalanannya?
    Dengan perpaduan latar Teheran, Indonesia, dan Prancis yang apik, kisah demi kisah yang tersaji mengajak Anda melakukan perjalanan akan pencarian makna persahabatan dan cinta. Sungguh menyentuh!
 

Ini adalah Teheran dalam toplesku. Toples yang menyimpan segalanya dengan sangat rapi dan ringkas. Toples yang sangat berharga dan bisa aku bawa ke mana pun. Isinya tak mampu ditawar oleh siapa pun, termasuk jutawan kaya.


Senin, 12 Agustus 2013

KABARETISASI CERPEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Banyak cara dan bentuk dalam mengeksplor karya-karya sastra seperti cerpen, novel, pantun, drama (naskah), dan lain sebagainya ke dalam bentuk lain yang bersifat eksperimental.Untuk bentuk kabaretisasi secara umum bukanlah hal baru. Konsep kabaretisasi cerpen dianggap masih merupakan bagian dari bentuk kreatif eksplorasi kreasi sastra.
Menurut Edgar Allan Poe, Jassin (1961:72), cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sebuah cerpen merupakan prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000 kata.
Selanjutnya, istilah "kabaret" berasal dari sebuah kata Perancis untuk ruangan bar atau café, tempat lahirnya bentuk hiburan ini, sebagai suatu bentuk yang lebih artistik daripada café-chantant. Kata ini berasal dari kata dalam bahasa Belanda Tengah cabret, melalui bahas Perancis Utara Kuno camberette, dari kata bahasa Latin Akhir camera. Pada intinya kata ini berarti "ruangan kecil."
Kabaret merupakan bentuk ekslporasi seni drama pertunjukan yang dikemas dengan seni kombinasi atau seni merangkai bunyi melalui pemanfaatan teknologi audio, itu artinya sebelum memasuki tahapan kabaretisasi cerpen haruslah terlebih dahulu berkreasi dalam tahap dramatisasi cerpen yakni mentransformasikan cerpen ke dalam bentuk drama naskah, mulai dari pengidentifikasian unsur-unsur intrinsiknya hingga penulisan ulang ke dalam bentuk naskah drama.
Pada bab ini dan selanjutnya, penyusun merasa tertarik dalam mengkreasikan sebuah cerpen dalam bentuk kabaret karena nilai estetiknya tentu sangat tinggi dalam mengapresiasi dan mengkreasi suatu karya sastra. Kabaretisasi cerpen merupakan bentuk kreasi ganda yakni dari Cerpen menjadi drama, dari drama menjadi kabaret.
Dalam makalah ini, penyaji sangaja memilih salah satu kumpulan cerpen Danarto yang berjudul Godlob karena penyusun merasa pas jika cerpen Godlob tersebut dikabaretisasi cerpen. Dengan begitu unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya jika dikabaretkan akan terasa lebih hidup dan indah.

1.2. Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1.      Ingin mengetahui sejauh mana kabaretisasi cerpen berpengaruh di Indonesia?
2.      Ingin mengetahui sejauh mana nilai estetiknyacerpen Godlob jika dikabaretisasikan?









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Cerpen Indonesia

Arti cerpen atau kepanjangan cerita pendek adalah sebuah karangan yang menceritakan tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi cerita terbatas. Sebuah cerpen biasanya akan langsung mengarah ke topik utama cerita karena memang alur ceritanya Cuma sekali dan langsung tamat.
Menurut Edgar Allan Poe, Jassin (1961:72), cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sebuah cerpen merupakan prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000 kata.
Di manakah tempat cerpen Indonesia dalam perjalanan kesusastraan negeri ini? Sebenarnya, sangat mungkin kehadiran cerpen Indonesia mendahului penerbitan novel, drama, bahkan juga puisi jika ukuran ciri-ciri kemodernan diterapkan di sana. Jejak puisi Indonesia modern memang gampang kita telusuri lewat komparasi dengan pantun, syair, dan puisi tradisional lainnya. Jejak itulah yang menempatkan puisi Indonesia modern dianggap lebih jelas perjalanannya. Padahal, puisi Indonesia dengan ciri-ciri modern, juga sudah banyak muncul di berbagai media massa. Belakangan, Muhammad Yamin membuat sintesis pola pantun dan soneta. Dan itu terjadi pada dasawarsa pertama abad ke-20.

Pada awalnya, konsep cerpen memang tidak begitu jelas. Sketsa, fragmen, buah tutur, esai-esai yang mengangkat kehidupan sehari-hari, cerita ringan dan lucu, cerita bersambung (feuilleton) atau kisah tragedi percintaan yang diambil dari suatu peristiwa yang pernah menjadi berita aktual, semua disebut cerita. Baru memasuki dasawarsa kedua abad ke-20, cerita-cerita yang pendek itu diberi label cerita pendek, meski penyebutan singkatan cerpen belum banyak digunakan. Ajip Rosidi yang menempatkan Muhammad Kasim dan Soeman Hs sebagai perintis cerpen Indonesia, menelusuri jejak cerpen dari tradisi sastra lisan penglipur lara dengan tokoh-tokoh si Kabayan, Lebai Malang, dan Jaka Dolog.

Pandangan itu niscaya perlu didiskusikan lagi. Masalahnya, Ajip hanya menyimak Pandji Poestaka (1923) yang banyak memuat cerita-cerita lucu Muhammad Kasim yang belakangan diterbitkan sebagai kumpulan cerita lucu (Teman Duduk, 1936). Padahal, sebelum terbit Pandji Poestaka, sejumlah suratkabar atau majalah –termasuk Sri Poestaka (1918), banyak pula yang memuat cerita-cerita ringan seperti itu, meski tak semuanya berupa cerita lucu. Oleh karena itu, penelusuran pada jejak cerpen Indonesia yang lebih awal, perlu memperhatikan kehadiran koran dan majalah yang terbit mendahului Pandji Poestaka.

Menjelang berakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ada sekitar 60-an surat kabar dan majalah berbahasa Melayu yang terbit. Sebut saja beberapa di antaranya: Biang-lala (Batavia, 1868, dwimingguan), Sahabat Baik (Betawi, 1891, terbit tak teratur), Pewarta Prijaji (Semarang, 1900, bulanan), Bintang Hindia (Bandung, 1903, dwimingguan) atau Bok-Tok (Surabaya, 1913, mingguan). Beberapa di antaranya, memuat cerita bersambung (feuilleton), cerpen, dan puisi. Majalah Sahabat Baik, misalnya, mencantumkan subjudulnya seperti ini: “Hikayat, tjerita, dongeng, sjair, pantoen, dan lain-lain daripada itu.” Surat kabar Selompret Melajoe (terbit di Semarang, 1860–1910) malah sering memuat surat-surat pembacanya dalam bentuk puisi. Cara demikian, ternyata juga kita jumpai dalam majalah Poetri Hindia (terbit di Bogor, 1908) dan beberapa media yang terbit masa itu.

Dilihat dari struktur ceritanya, cerpen-cerpen yang dimuat di berbagai media massa saat itu, tak diragukan lagi sudah merupakan karya modern. Sebagian besar membicarakan tema sosial; masalah pernyaian, tragedi kehidupan rumah tangga, percintaan dan peristiwa yang pernah menjadi berita aktual. Dalam hal yang disebut terakhir itulah, media massa sengaja memuat cerita pendek sebagai salah satu nilai jual media itu. Pasalnya, cerita seperti itu justru paling banyak mendapat sambutan masyarakat. Ini dapat dipahami mengingat berita umumnya disajikan lebih ringkas dan sering tidak mengungkapkan latar belakang terjadinya peristiwa itu. Cerpen justru memenuhi tuntutan itu. Oleh karena itu, di bawah judul cerpen atau cerita bersambung yang dimuat media massa, lazim tertulis keterangan “Satu cerita yang sungguh sudah terjadi di Jawa” yang mencantelkan cerita itu dengan peristiwa yang pernah menjadi berita media bersangkutan.

Dengan dasar pemikiran tersebut di atas, maka sejarah sastra Indonesia, terutama yang menyangkut kelahiran dan perjalanan cerpen Indonesia, mutlak ditinjau kembali. Banyak fakta yang mengecoh, dan lebih banyak lagi yang ditenggelamkan, di dalamnya termasuk keberadaan cerpen dan peran media massa. Terlalu lama membiarkan persoalan ini tanpa usaha perbaikan, sama halnya dengan ikut membiarkan sejarah sastra Indonesia tetap berada dalam kondisi carut-marut.
Kebangkitan cerpen di Indonesia ditandai oleh Balai Pustaka yang menerbitkan Teman Duduk karya M. Kasim. Selanjutnya Suman Hs dengan Kawan Bergelut-nya diterbitkan pada tahun 1938.Sejak tahun 1946 cerpen mulai hidup di Indonesia. Bersama waktu dan perkembangan kebudayaan masyarakat Indonesia nilai cerpen pun mulai berubah. Dahulu bercorak cerita rakyat, tahun 1940-an mulai bergeser pada kehidupan rakyat sehari-hari. Contohnya karya Hamka yang berjudul Di Dalam Lembah Kehidupan diterbitkan pada tahun 1940, warna kehidupan rakyat sehari-hari sudah terlihat, walaupun Hamka mengerjakannya secara sentimental.
Cerpen Indonesia mengalami masa subur sekitar tahun 1950-an setelah era perang kemerdekaan. Buku-buku kumpulan cerpen menandainya, di antaranya kumpulan cerpen Subuh karya Pramoedya Ananta Toer (BP:1951); Yang Terempas dan Terkandas karya Rusman Sutiasumarga (BP:1951); Manusia dan Tanahnya karya Aoh KArtahadimaja (BP:1952); Terang Bulan Terang di Kali karya S.M. Ardan (Gunung Agung: 1955) dan lain-lain.
Dalam esai Mencari Tradisi Cerpen Indonesia yang ditulis tahun 1975, Jakob Sumardjo menyatakan, "Tradisi penulisan cerpen mencapai masa suburnya pada dekade 50-an yang merupakan zaman emas produksi cerita pendek dalam sejarah sastra Indonesia." Pada masa itulah muncul nama-nama seperti Riyono Pratikto, Subagyo Sastrowardoyo, Sukanto SA, Nh Dini, Bokor Hutasuhut, Mahbud Djunaedi, AA Navis, dan sederet nama lain yang, menurut sastrawan dan kritikus sastra Ajip Rosidi dalam esai Pertumbuhan dan Perkembangan Cerpen Indonesia, disebut sebagai sastrawan yang "pertama-tama dan terutama dikenal sebagai penulis cerpen". Ada situasi yang relatif sama di antara kedua periode itu: (1) cerpen menjadi pilihan utama pengucapan literer, (2) tingkat produktivitas cerpen yang melimpah, (3) pertumbuhannya yang didukung oleh media di luar buku; pada yang pertama ialah majalah dan pada yang kedua ialah koran, (4) pencapaian estetis cerpen yang makin menempatkan cerpen sebagai genre sastra yang kian diperhitungkan.
Namun, buku yang memuat cerpen-cerpen yang pernah terbit di Kompas sepanjang kurun 1980-1990-an ini setidaknya bisa menjadi etalase untuk melihat perkembangan dan pencapaian estetis cerpen-cerpen pada periode itu. Apalagi, seperti pernah dinyatakan oleh Nirwan Dewanto, pada periode itu Kompas memang memiliki kedudukan tersendiri: menjadi media yang cukup signifikan bila kita hendak memperbincangkan pertumbuhan cerpen ketika media yang mengkhususkan diri pada sastra mulai meredup pamornya. Dan, yang pada periode selanjutnya menjadi para penulis yang banyak memberi pengaruh pertumbuhan cerpen kita, seperti Seno Gumira Ajidarma, Putu Wijaya, dan juga Radhar Panca Dahana.

2.2 Pengertian Kabaret

Berdasarkan asal-muasalnya kabaret adalah sebuah pertunjukan atau pementasan seni yang berasal dari Dunia Barat di mana biasanya ada hiburan berupa musik, komedi dan seringkali sandiwara atau tari-tarian. Perbedaan utama antara kabaret dengan pertunjukan lainnya adalah tempat pertunjukannya— restoran atau kelab malam dengan sebuah panggung pertunjukan dan penontonnya yang duduk mengelilingi meja-meja (seringkali sambil makan atau minum) dan menyaksikan pertunjukannya. Tempatnya sendiri seringkali juga disebut "kabaret". Pada peralihan abad ke-20, terjadi perubahan besar dalam budaya kabaret. Para penarinya termasuk Josephine Baker dan penari waria Brasil João Francisco dos Santos (alias Madame Satã). Pertunjukan-pertunjukan kabaret dapat beraneka ragam dari satire politik hingga hiburan ringan, masing-masing diperkenalkan oleh seorang master of ceremonies (MC), atau pembawa acara.
Istilah "kabaret" berasal dari sebuah kata Perancis untuk ruangan bar atau café, tempat lahirnya bentuk hiburan ini, sebagai suatu bentuk yang lebih artistik daripada café-chantant. Kata ini berasal dari kata dalam bahasa Belanda Tengah cabret, melalui bahas Perancis Utara Kuno camberette, dari kata bahasa Latin Akhir camera. Pada intinya kata ini berarti "ruangan kecil."
Kabaret juga merujuk ke bordil gaya Mediterania — bar dengan meja-meja dan wanita-wanita yang berbaur serta mengibur para kliennya. Secara tradisional, tempat-tempat ini juga dapat menampilkan beberapa bentuk hiburan: seringkali dengan penyanyi dan penari — tergantung tempatnya masing-masing, sifatnya dapat liar dan kasar. Kabaret yang lebih canggih dan berkelaslah yang akhirnya melahirkan bentuk tempat hiburan dan seni pertunjukan yang menjadi pokok artikel ini
Kabaret merupakan sebuah pementasan yang dilakukan diatas panggung yang dalam pertunjukan tersebuh terdapat beberapa unsur seni yang lain nya seperti seni peran, seni musik. Kabaret seni secara garis besar merupakan sebuah seni peran namun dilakukan secara lipsing atau secara awam dialog dan lain lain telah direkam pada sebuah media seperti kaset atau disk (CD).
Secara global definisi kabaret yang kami jalani sangat berbeda jauh dengan definisi kabaret yang ada di wikipedia, kabaret kami merupakan kabaret asli indonesia atas pemikiran seniman-seniman kota kembang bandung yang berkreasi untuk membuat seni pertunjukan yang bisa masuk ke segala kalangan, baik muda, tua, bapak-bapak, ibu-ibu dll.
2.3 Kontroversi Kabaret Vs Teater
Perlu digarisbawahi belakangan ini sering terdengar isu tidak sedap mengenai Kabaret Vs Teater khususnya di kota Bandung yang merupakan awal perkembangan perkabaretan Indonesia. Persoalan ini sedikit membuat risih para pelaku seni drama karena sejatinya memang tidak ada yang perlu di ributkan dan di persoalkan. Teater adalah seni begitu pula dengan Kabaret jadi apa yang harus di permasalahkan?
Jika melihat titik balik mengenai Sejarah Teater Indonesia, disitu menyinggung mengenai Teater Kontemporer Indonesia yang isinya antara lain yaitu "Teater Kontemporer Indonesia mengalami perkembangan yang sangat membanggakan. Sejak munculnya eksponen 70 dalam seni teater, kemungkinan ekspresi artistik dikembangkan dengan gaya khas masing-masing seniman. Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 80- an sampai saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan. Meksipun seni teater konvensional tidak pernah mati tetapi teater eksperimental terus juga tumbuh. Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain. Dengan demikian, wilayah jelajah ekspresi menjadi semakin luas dan kemungkinan bentuk garap semakin banyak.
Jelas disitu di katakan bahwa banyak konsep dan gaya baru yang bermunculan sehingga semakin tumbuh teater eksperimental dangan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain. 
Pada awal kabaret muncul di indonesia banyak perdebatan antaran seniman teater murni dan seniman kabaret, seniman dari teater murni berdalih bahwa kabaret bukan bagian dari teater dengan alasan seni peran yang ditampilkan tidak natural tapi dibuat-buat. seiring berjalannya waktu akhirnya sudah jelas bahwa kabaret merupakan bagian dari teater yang membedakan hanyalah sebagian dialog yang ada dalam sebuah cerita kabaret digantikan dengan potongan-potongan lagu yang mengganbarkan kejadian saat itu.
Jadi Kabaret salah satu bentuk pencitraan dari konsep dan gaya baru dengan menggandeng unsur pertunjukan yang lain. Setiap orang yang murni mempelajari Teater pasti mampu untuk bermain Kabaret tapi setiap orang yang murni mempelajari Kabaret belum tentu mampu bermain Teater.Hal ini terbukti karena dasar-dasar Kabaret adalah dasar-dasar teater, jadi sebenarnya pernyataan yang menyatakan bahwa kabaret dan teater adalah pesaing dalam bidang seni hanyalah kontroversi ranah prestise saja, karena memang dalam seni tidak ada kata "rival" atau "musuh". Dalam seni yang ada hanyalah berlomba mengasah kreatifitas dan membuat inovasi-inovasi baru di bidang seni serta mengedepankan sportifitas.
2.4 Kabaretisasi Cerpen
Banyak cara dan bentuk dalam mengeksplor karya-karya sastra seperti cerpen, novel, pantun, drama (naskah), dan lain sebagainya ke dalam bentuk lain yang bersifat eksperimental. Untuk bentuk kabaretisasi secara umum bukanlah hal baru, karena banyak para pelaku seni muda khusunya di Jawa barat yang mengkreasikan film layar lebar, Novel dan cerpen dalam bentuk kabaret maupun drama musikal. Sehinggakonsep kabaretisasi cerpen dianggap masih merupakan bagian dari bentuk kreatif eksplorasi kreasi sastra. Terlepas dari besar kecilnya sajian nilai-nilai sastra di dalamnya yang jelas bentuk ini tidak terlalu melenceng jauh dari ranah sastra, karena jika meninjau kembali esensi dari kreasi sastra, kita semua sepakat bahwa dari kata “kreasi” kita akan menemukan suatu hal yang berbeda, unik, memiliki nilai lebih, bahkan bisa jadi ada bentuk baru dari objek yang dikreasikan.
Seperti yang sudah diulas sebelumnya bahwakabaret merupakan bentuk ekslporasi seni drama pertunjukan yang dikemas dengan seni kombinasi atau seni merangkai bunyi melalui pemanfaatan teknologi audio, itu artinya sebelum memasuki tahapan kabaretisasi cerpen haruslah terlebih dahulu berkreasi dalam tahap dramatisasi cerpen yakni mentransformasikan cerpen ke dalam bentuk drama naskah, mulai dari pengidentifikasian unsur-unsur intrinsiknya hingga penulisan ulang ke dalam bentuk naskah drama. Sebenarnya sah-sah saja jika mengeksplor bentuk kabaretisasi cerpen tanpa harus melewati tahap dramatisasi cerpen, namun yang perlu dipertimbangkan adalah ruang dasar pembentukan kabaret adalah drama, sehingga akan lebih etis dan estetis jika kedua tahap itu dilakukan secara berkesinambungan. Dengan kata lain bentuk dari kabaretisasi cerpen merupakan bentuk kreasi ganda yakni dari Cerpen menjadi drama, dari drama menjadi kabaret.
Berikut adalah langkah-langkah dari bentuk kabaretisasi cerpen :
1.      Memilih cerpen yang akan dikreasikan, kita ambil contoh cerpenGodlob karya Danarto
2.      Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik
-          Alur : Maju atau linear
-          Tokoh :  lelaki muda, lelaki tua, perempuan, dan penduduk.
-          Penokohan: lelaki muda (penurut terbukti ketika dia disuruh untuk ikut berperang lelaki muda itu menurut meski ia harus mengorbankan jiwa dan raganya, tawakal terbukti ketika ia sudah sangat lemah tak berdaya menunggu seseorang datang menolongnya di medan perang) dan lelaki tua (penuh ambisi terbukti ketika ia berambisi agar anaknya menjadi seorang pahlawan, emosional yaitu terbuki ketika ia menemukan anaknya masih hidup di medan perang lalu ia membunuh anaknya karena ia ingin anaknya menjadi seorang pahlawan), perempuan (penyayang yaitu pendendam yaitu ketika ia mengetahui anaknya mati dibunuh ayahnya bukan mati karena peperangan, perempuan itu marah dan ia memnembakkan pistol kepada lelaki tua untuk membalaskan dendamnya),
-          Konflik
-          Setting tempat waktu dan susana: di medan perang, di
-          Amanat
-          Gaya Bahasa
3.      Menyusun kerangka prolog, dialog dan epilog cerita
4.      Menyusun menjadi naskah drama
5.      Menandai ilustrasi bunyi yang sesuai hasil identifikasi unsur intrinsik.
6.      Mengidentifikasi dialog antar tokoh untuk klasifikasi pengisi suara (dubbing).
7.      Menyusun rangkaian dan kombinasi bunyi (proses mixing)
8.      Proses editing dan penyelarasan akhir
9.      Kabaretisasi cerpen selesai


[Lirik] Secret - Talk That ( Romanization / English / Indonesia)




ROMANIZATION

D DD DD DD D
D DD DD DD D
geumanhae geumanhae jebal
Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that

eotteohge nega ireol su itneunji
naega ireohge apaya haneunji
nae saenggageul neon hagineun
hangeonji naega useu unji

geurae deureo julge eochapi da geojit igetjiman
geurae useo julge nega noldeon
geu yeojadeul cheoreom geureohge

(Talk that) maldo an doeneun sori haebwa
(Talk that) mideul georan saenggaghaji ma
(Talk that) nega han mal modu heotsori sori sori nikka
(Talk that) itneundaero naege marhaebwa
(Talk that) nareul geuman gajigo nora
(Talk that) naege han mal jeonbu heot sori
sori sori gata neo

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that

cheoeum buteo da ttoggateun geojitmal
jinsimi eotdan mareun hajido ma
ijen neol midgi himdeul geot gata na. 
naega useu unji

geurae deureo julge algo 
itneun byeonmyeongil tejiman
geurae useo julge ije geuman 
kkeojyeojullae sanggwan an halge

(Talk that) maldo an doeneun sori haebwa
(Talk that) mideul georan saenggaghaji ma
(Talk that) nega han mal modu heotsori sori sori nikka
(Talk that) itneundaero naege marhaebwa
(Talk that) nareul geuman gajigo nora
(Talk that) naege han mal jeonbu heot sori
sori sori gata neo

naege tto mareul hajiman
deudgi sirheo geumanhae da
Don’t say my name
Don’t say my name
Don’t say my name

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that jebal

(Talk that) maldo an doeneun sori haebwa
(Talk that) mideul georan saenggaghaji ma
(Talk that) nega han mal modu heotsori sori sori nikka
(Talk that) itneundaero naege marhaebwa
(Talk that) nareul geuman gajigo nora
(Talk that) naege han mal jeonbu heot sori
sori sori gata neo.

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that



ENGLISH

D DD DD DD D
D DD DD DD D
Stop it, stop it, please
Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that

How could you do this?
I am hurting so much like this
Do you even think of me?
Am I easy to you?

Yes, I’ll listen, although it’ll be all lies
Yes, I’ll smile, just like 
all the girls you played with

(Talk that) Keep saying those ridiculous words
(Talk that) But don’t think that I’ll believe you
(Talk that) Because everything you say is a lie
(Talk that) Tell me the truth
(Talk that) Stop playing with me
(Talk that) Everything you tell me 
seems like a lie

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that

From the start, it was all lies
Don’t tell me that you were telling the truth
Now it’s hard for me to believe you
Am I that easy to you?

Yes, I’ll listen, although 
I already know your excuses
Yes, I’ll smile, now please go away, 
I won’t care anymore

(Talk that) Keep saying those ridiculous words
(Talk that) But don’t think that I’ll believe you
(Talk that) Because everything you say is a lie
(Talk that) Tell me the truth
(Talk that) Stop playing with me
(Talk that) Everything you tell me 
seems like a lie

You tell me again but 
I don’t wanna listen, just stop it all
Don’t say my name
Don’t say my name
Don’t say my name

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that please

(Talk that) Keep saying those ridiculous words
(Talk that) But don’t think that I’ll believe you
(Talk that) Because everything you say is a lie
(Talk that) Tell me the truth
(Talk that) Stop playing with me
(Talk that) Everything you tell me 
seems like a lie

Talk that talk that talk that
Talk that talk that talk that


INDONESIA

D DD DD DD D
D DD DD DD D
Hentikan, hentikan, tolong hentikan
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu

Bagaimana kau bisa melakukan ini?
Aku benar-benar tersakiti seperti ini
Apakah kau pernah berpikir tentang aku?
Apakah aku tak berarti untukmu?

Ya, aku akan mendengarkan, meskipun semuanya hanya kebohongan
Ya, aku akan tersenyum, seperti
semua gadis yang telah kau permainkan

(Bicara itu) Terus saja ucapkan kata-kata konyol
(Bicara itu) Tapi jangan berpikir bahwa aku akan mempercayaimu
(Bicara itu) Karena semua yang kau katakan adalah kebohongan
(Bicara itu) Katakanlah yang sebenarnya
(Bicara itu) Berhenti bermain-main denganku
(Bicara itu) Segala sesuatu yang kau ceritakan
Sepertinya hanya kebohongan

Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu

Dari awal, semua itu adalah kebohongan
Jangan katakan bahwa kau mengatakan yang sebenarnya
Sekarang sulit bagiku untuk percaya denganmu
 Apakah aku tak berarti untukmu

Ya, aku akan mendengarkan, meskipun
Aku sudah tahu alasanmu
Ya, aku akan tersenyum, sekarang silakan pergi,
Aku tidak akan peduli lagi

(Bicara itu) Terus saja ucapkan kata-kata konyol
(Bicara itu) Tapi jangan berpikir bahwa aku akan mempercayaimu
(Bicara itu) Karena semua yang kau katakan adalah kebohongan
(Bicara itu) Katakanlah yang sebenarnya
(Bicara itu) Berhenti bermain-main denganku
(Bicara itu) Segala sesuatu yang kau ceritakan
Sepertinya hanya kebohongan

Kau ceritakan lagi namun
Aku tidak mau mendengarkan, hentikanlah semua itu
Jangan sebut namaku
Jangan sebut namaku
Jangan sebut namaku

Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakanlah yang menyenangkan

(Bicara itu) Terus saja ucapkan kata-kata konyol
(Bicara itu) Tapi jangan berpikir bahwa aku akan mempercayaimu
(Bicara itu) Karena semua yang kau katakan adalah kebohongan
(Bicara itu) Katakanlah yang sebenarnya
(Bicara itu) Berhenti bermain-main denganku
(Bicara itu) Segala sesuatu yang kau ceritakan
Sepertinya hanya kebohongan

Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu
Bicarakan itu Bicarakan itu Bicarakan itu